Pernah berselisih pendapat dengan orang lain? Bukankah itu suatu hal yang normal? Lalu kenapa harus berdebat dan menimbulkan kontroversi?
Sekarang ini jamannya semua orang boleh berbicara. Mengungkapkan apa yang ada dikepala masing-masing. Sayangnya banyak yang kemudia acuh dengan apa yang dipikirkan orang lain. Suka-suka dia mau berpikir apa, begitu katanya. Padahal kita tidak pernah lepas dari orang lain dalam keseharian kita.
Kebebasan mengungkapkan pendapat ini akhirnya membuat semua orang bebas berargumen apapun. Termasuk hal yang kadang orang tersebut tidak paham atau hanya sedikit paham. Kita tengok ke belakang sejenak. Berapa banyak orang yang mendadak lihai berbicara politik menjelang pemilihan presiden tahun 2014 kemarin? Tidak terhitung. Semua ingin menunjukkan bahwa mereka adalah kader yang layak menunjukkan kehebatan apa yang diusung. Akhirnya banyak yang terjebak pada pemahaman dangkal. Membenarkan semuanya dari apa yang diusung. Akhirnya muncul perdebatan yang tidak ada ujungnya.
Ini baru satu hal. Mari kita ingat-ingat, ada berapa hal di negeri ini yang diperdebatkan. Pro vaksin vs antivaksin, penentuan awal puasa, penentuan awal syawal, bahkan hingga mana yang lebih baik antara ibu rumah tangga dan ibu bekerja pun jadi perdebatan.
Apakah hal semacam ini tidak ada ditempat lain? Apakah hanya ada di negeri ini? Hal ini bisa jadi ada di negeri lain. Bahkan bisa jadi ada pula di zaman para sahabat. Lalu apa bedanya negeri ini dengan negeri yang lain? Atau apa bedanya hari ini dengan zaman dulu?
“Aku menjamin sebuah rumah di pinggir jannah (surga) bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran (al haq), juga sebuah rumah di tengah jannah bagi siapa saja yang meninggalkan berbohong walaupun ia sedang bercanda, serta sebuah rumah di puncak jannah bagi siapa saja yang berakhlak mulia.” (HR. Abu Dawud, Dinyatakan Hasan shahih oleh Syaikh Al Albani)
Pernah mendengar atau membaca hadits diatas? Tentang larangan berdebat meskipun kita dalam posisi yang benar dan orang lain salah. Nah, bisa jadi karena selama ini kita sering menggunakan cara debat untuk mengingatkan orang lain. Pokoknya saya yang benar dan kamu yang salah. Titik.
Sayangnya, kawan bicaranya pun mengunakan pola pikir yang sama. Pokoknya kamu salah dan aku benar. Tidak ada lagi perdebatan, kamu yang salah. Hingga akhirnya terjadilah perdebatan yang ujungnya tidak lain adalah saling menyalahkan dan saling membodohkan.
Bisa jadi apa kontroversi disekitar kita ini dikarenakan kita yang tidak lagi mau melihat dari sudut pandang orang lain. Merasa apa yang kita yakini adalah 100 % benar. Padahal tidak jarang orang yang ketika ditanya, apa sebab dia berpendapat seperti itu? Dia hanya bisa diam kehilangan kata.
Apakah rumah ditengah surga itu kurang menggiurkan? Mari kita cek kembali hati kita masing-masing.