Satu minggu lebih berlalu letusan gunung Kelud, menyisakan butiran-butiran debu di sekitar tempat tinggal penduduk Yogyakarta. Ketika sholat Jumat berlangsung. Hujan turun dengan cukup deras membasahi tumpukan-tumpukan debu yang berserakan di jalan-jalan raya ataupun depan rumah.
Setelah beberapa hari debu-debu Kelud menghampiri kota Yogyakarta, terlihat keindahan diantara sesama tetangga. Terjalin komunikasi yang dulu sempat terpisahkan oleh rutinitas kesibukan sehari-hari sehingga untuk menyapa tetangga depan atau samping rumah begitu jarang.
Namun, pesan indah tertuliskan dari debu-debu tersebut. Pesan yang mengingatkan seluruh manusia bahwa manusia tiada artinya, hanya terhirup sebutir debu Kelud saja akan berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Bayangkan, hanya sebutir zat asing yang masuk ke dalam tubuh kita maka metabolisme tubuh akan terganggu dan mengakibatkan bermunculannya berbagai penyakit.
Sungguh indah pesan debu-debu itu dia jelaskan kepada kita akan Kekuasaan-Nya, dia paparkan kepada manusia akan keberadaan-Nya dan dia buktikan kepada kita bahwa Dia-lah yang Maha Besar.
Berbondong-bondong masyarakat bekerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Ini juga merupakan pesan indah yang dibawa oleh sang debu. Selama lebih dari satu minggu hingga hari ini, setiap pagi dan sore, orang-orang menyiramkan air di depan rumah. Tak hanya menyiramkan air ada juga yang dengan sabar mengambil butiran-butiran debu itu untuk dimasukkan ke dalam karung.
Pesan indah yang tergambarkan oleh setiap manusia dari sini Dia ajarkan kepada kita akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan. Dari sini pula Dia luaskan wawasan kita akan segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah bersifat sementara dan dunia ini hanya fatamorgana orang-orang yang berada di padang pasir.
Sebuah pepatah yang menawan jika kita bisa menerapkannya
“Bersih pangkal sehat”
Lewat pesan indah debu Kelud inilah kita diajarkan kembali untuk bisa mengaplikasikan pepatah di atas. Pepatah yang sudah lama kita mengetahuinya tapi sudah lama pula kita mencampakkannya.
Tenyata, kebersihan berhubungan erat dengan kesehatan. Orang yang mampu menjaga kebersihan dirinya maka dia akan merasakan kesehatan pada badannya. Begitu pula dengan orang yang mampu menjaga kebersihan jiwa dan pikirannya tentu dia akan merasakan kesehatan jiwa dan pikiran yang akan menuntunnya kepada ketaqwaan Sang Maha Kuasa.
Debu Kelud berpesan kepada kita semua agar mampu menjaga kebersihan diri, lingkungan dan terlebih untuk kebersihan jiwa dan pikiran. Jika kita dapat menjaga kebersihan jiwa dan pikiran maka kita pun akan mampu menjaga kebersihan yang lainnya.
Walaupun pada dasarnya manusia itu kotor. Tapi, tak ada salahnya jika diri yang kotor ini berharap menjadi bersih dengan segala amal kebajikan yang telah kita laksanakan demi menggapai keridhoan-Nya.
Hujan menguyur kota Yogyakarta juga ikut berpesan kepada kita agar senantiasa mensyukuri berbagai nikmat yang telah DIa berikan. Sebab, jika kita bersyukur maka akan ditambahkan nikmat yang telah kita rasakan.
“Jika kamu bersyukur maka Aku (Tuhan) akan menambah (nikmat) itu kepada kamu. Dan jika kamu ingkar maka sesungguhnya siksa Aku amat pedih.” (Surah Ibrahim : 7)
Bersyukur sebab kita hanya tersapa debu-debu Kelud. Bagaimanakah nasib orang-orang disekitar gunung Kelud? Mereka bukan hanya disapa oleh debu-debu, tapi gempa, lahar dan berbagai macam material gunung Kelud bersorak-sorak menimpa mereka. Dengan kenyataan ini, apakah kita tetap tak bersyukur kepada-Nya?
Begitu banyak nikmat yang telah dilimpahkan kepada setiap manusia. Tetapi, terkadang manusia tak menyadari banyaknya nikmat yang menempel pada dirinya. Maka, ketika nikmat kecil dicabut, dia merasa seolah-olah itu adalah nikmat besar yang telah hilang dan tak akan kembali menghampiri.
Mata ini masih mampu melihat pancaran cahaya. Apakah ini bukan nikmat yang besar? Telinga ini masih kuasa mendengarkan bunyi-bunyian. Apakah ini belum cukup membuktikannya? Tangan dan kaki ini masih bisa bergerak, masihkah kita tak mengakuinya? Masih banyak lagi nikmat-nikmat besar yang tak terhitung yang tak pula kita sadari keberadaannya.
Berapakah nikmat yang Dia berikan kepada kita setiap harinya? Apakah kita mengetahui dan menyadarinya? Biarkanlah kitab-Nya nan suci yang diturunkan secara bertahap menjawab dengan tegas, sebab tak ada satu kebohongan pun akan kita temui di dalam isi yang tertera.
“Dan sekiranya kamu menghitung nikmat Allah, nescaya tidak dapat menghitungnya. Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (Surah an-Nahl : 18)
Hujan memberikan pesan nan indah pula kepada makhluk-Nya agar menyadari bahwa rahmad-Nya sangatlah berlimpah ruah tiada tandingannya. Salah satu rahmad yang Dia turunkan adalah hujan.
“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (Surah Asy Syuura : 28)
Rahmad-Nya turun bagi orang-orang yang tinggal di Yogyakarta. Setelah hampir satu minggu menunggu dan berharap diturunkannya hujan agar debu-debu yang bergeletak dimana-mana bisa hilang minimal tidak berterbangan lagi yang dapat membahayakan bagi manusia yang menghirupnya ataupun berterbangan menempel di berbagai bagian rumah sebut saja lantai, tembok, atap, pekarangan dan lainnya.
Kini, hujan membawa pesan kebahagiaan. Kebahagiaan bagi orang-orang yang sebelumnya diliputi kesusahpayahan. Bersusah-susah membersihkan dan mengangkut debu-debu berharap agar cepat terselesaikan. Berhari-hari mereka lalui agar tetap terjaga kebersihan di lingkungan masyarakat. Tapi, saatnya kini mereka tersenyum sebab hujan yang ditunggu-tunggu akhirnya rela mampir untuk mewujudkan harapan orang-orang yang tak pernah berputus asa pada rahmad-Nya.
Debu dan hujan membawa pesan indah untuk kita semua agar kita mampu memahami dan mempelajari pesan-pesan itu yang telah jelas tertuangkan lewat ayat-ayat-Nya, sadarkah kita dengan pesan-pesan indah yang telah dibawa oleh debu dan hujan itu?