Sungai Sedayu, Banjarnegara memuntahkan isinya sehingga berluberan memenuhi ruas-ruas jalan yang ada di Banjarnegara. Sungai tersebut memuntahkan isinya karena hujan yang tak kunjung berhenti hampir duabelas jam sehingga sungai tak mampu lagi untuk menampung air. Pada akhirnya, menumpahkannya ke ruas-ruas daratan untuk mencari wadah agar lebih leluasa bergerak.
Tak hanya banjir yang menimpa kawasan Banjarnegara, tanah longsor pun ikut menyapa ditengah-tengah hujan yang tak berhenti. Kini, Banjarnegara menjadi kawasan darurat bencana. Akibat, banjir dan tanah longsor. Salah satu akses jalan raya Dieng-Wonosobo pun tertutup dengan adanya banjir dan tanah longsor.
Fenomena alam yang terjadi tersebut bukan terjadi begitu saja. Ada pesan manis yang tersurat dan tersirat di dalamnya. Pesan yang dibawa oleh sang banjir dan sang tanah longsor.
Banjir salah satu bencana alam yang sering terjadi diberbagai wilayah di Indonesia. Sekumpulan air berlarian menuju penjuru arah manapun, sekumpulan air tersebut berhenti sejenak sehingga menggenang dan mengakibatkan banjir di tempat yang disinggahi.
Satu unsur yang perlu kita ketahui pada banjir yakni air. Air yang terdiri dari dua hidrogen dan satu oksigen ini atau lebih dikenal dengan nama H2O. Tanpa air manusia tak akan bisa hidup.
“Manusia akan mampu bertahan hidup tanpa makan tapi manusia tak akan mampu bertahan hidup tanpa minum”
Sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa air sangat penting bagi kehidupan manusia sebab lebih dari 90% tubuh manusia terdiri dari air. Sehingga, apabila manusia kekurangan air maka akan menyebabkan dia tak mampu bertahan hidup.
Tapi, mengapa akibat air juga manusia bisa binasa? Bukankah dengan air manusia mampu bertahan hidup? Disinilah kita sedikit belajar memahami makna sedikit dan banyak.
Air yang sedikit tidak membahayakan justru membuat manusia mampu bertahan hidup. Sebaliknya, air yang banyak malah membahayakan manusia hingga membinasakannya. Bila ditelurusi lebih mendalam bukan masalah sedikit banyaknya air tetapi masalah berlebihannya air yang ada.
Banjir mengajarkan kepada manusia bahwa berprilaku berlebihan itu tidak baik sebab dia akan membinasakan manusia secara perlahan-lahan seperti banjir yang menghanyutkan manusia secara perlahan-lahan hingga manusia itu meninggal dunia.
Air yang berlebihan itu tidak baik untuk kehidupan manusia sebab akan mendatangkan bencana berupa banjir yang akan merugikan banyak orang. Begitu pula dengan berprilaku berlebih-lebihan di dunia ini akan menghadirkan bencana bagi pelaku dan orang-orang disekitarnya.
Air itu bermanfaat jika digunakan sesuai dengan takarannya. Namun, akan memunculkan kemudhoratan apabila digunakan melebihi takaran yang ada. Bayangkan, apa akibatnya jika manusia meminum air sebanyak satu galon sekaligus?
Selain banjir, tanah longsor pun ikut memberikan pesan manis untuk manusia agar manusia mampu memahami arti kehidupan. Lihatlah sejenak, tanah longsor, disebabkan oleh karena apakah tanah longsor tersebut?
Salah satu penyebab terjadinya tanah longsor yakni tidak adanya tumbuh-tumbuhan terutama pepohonan yang ada atas tanah tersebut sehingga air yang datang secara berlebihan tak mampu dibendung oleh tanah menyebabkan tanah berangsur-angur melongsorkan dirinya. Padahal, apabila ada tumbuhan atau pepohonan maka air yang berlebihan itu akan diserap oleh tumbuhan dan pepohonan.
Dari ilustrasi diatas pesan manis yang diajarkan oleh tanah longsor yakni agar manusia mencintai, memelihara dan melestarikan tumbuh-tumbahan dan pepohonan. Bukankan mereka juga makhluk hidup sama seperti manusia? Tumbuhan dan pepohonan juga ciptaan Sang Kholiq. Mengapa kita selama ini menghiraukan sehingga mereka ditebang tanpa dijaga dan dibiarkan rusak begitu saja?
Di dalam kehidupan manusia diajarkan untuk menjalankan tiga hubungan yakni pertama, hubungan secara vertikal atau lebih dikenal dengan hubungan kepada Sang Pencipta. Kedua, hubungan secara horizontal atau hubungan kepada sesama manusia. Terakhir, hubungan secara diagonal yakni hubungan kepada alam sekitarnya.
Hubungan secara vertikal, kita jalankan dengan melaksanakan berbagai amal ibadah dan kebaikan yang telah diperintahkan-Nya dan menjauhi apa-apa yang telah Dia larang agar semakin mendekatkan diri kepada keridhoan-Nya.
Hubungan secara horizontal, kita jalankan dengan berinterksi dengan sesama manusia lewat perbuatan, ucapan dan sikap-sikap yang baik yang dapat dijadikan contoh bagi semua orang.
Hubungan secara diagonal, kita jalankan dengan menjaga, merawat, melindungi alam sekitar kita yakni makhluk hidup ataupun makhluk mati lainnya seperti tumbuhan, hewan, tanah, gunung, pepohonan dan berbagai macam hasil ciptaan-Nya.
Banjir dan longsor menitipkan pesan manis untuk manusia agar manusia tak berprilaku berlebih-lebihan dan tetap menjaga hubungan secara diagonal. Mungkin selama ini, manusia hanya menjalankan dua hubungan pertama. Hubungan secara diagonal terhiraukan.
Semua kejadian di bumi ini. kejadian buruk ataupun kejadian baik pasti ada hikmah yang terkandung didalamnya. Hikmah itulah pesan manis yang tersurat ataupun tersirat di dalam setiap kejadian-kejadian tersebut.
Namun, pesan manis itu tidak semua orang mampu memahami dan merasakannya hanya segelintir orang yang berpikir atas pesan-pesan manis yang terkandung di dalam setiap kejadian yang dialaminya.
Pesan manis dari banjir dan longsor telah sampai kepada manusia. Siapakah yang memberikan pesan tersebut? Disinilah manusia akan bertambah keyakinan akan keberadan Sang Pemberi Pesan. Jika ada sang penerima pesan tentu ada Sang Pemberi Pesan. Bukankah pesan yang disampaikan itu tidak mungkin datang secara tiba-tiba tanpa dibuat oleh Sang Pemberi Pesan? Masih ragukah manusia akan keberadaan dan keagungan-Nya? Dia-lah yang Maha Esa dan Maha Besar.