Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan mendambakan Turki yang mandiri, bebas dari dua benua yang menjepitnya. Tak heran ia menjadi figur yang populer di negaranya.
Di awal kebangkitan Arab tahun ini, saat revolusi merajalela, Turki menjadi salah satu inspirasi. Tak sekadar tetangga Muslim dan salah satu kekuatan yang berpengaruh, Turki juga menjadi contoh demokrasi dan perekonomian pasar bebas yang sukses.
Turki juga amat berani, menolak mentah-mentah saat tangan Barat hendak ikut campur urusan dalam negerinya. Kritik terarah sejak 2003, yakni di awal masa jabatan PM Erdogan, ketika pasukan Amerika dilarang masuk ke Irak melalui wilayah Turki.
Kemandirian Turki juga ditunjukkan dengan merenggangnya hubungan dengan Israel yang sekutu lama. Bahkan, Uni Eropa dan NATO menuding rezim Erdogan mengkhianati mereka. Namun Erdogan berulangkali menegaskan, mereka tak mau cari masalah dengan siapapun.
Semua berkat ketegasan Erdogan, seseorang yang juga tidak neko-neko. Pria yang dilahirkan pada 26 Februari 1954 ini memimpin Justice and Development Party (AK Party) yang memegang mayoritas kursi di parlemen Turki.
Pada 1994-1998, Erdogan adalah Walikota Istanbul, ibukota negara. Lulusan Fakultas Ilmu Ekonomi dan Perdagangan Marmara University ini juga pernah menjadi pemain sepak bola semiprofesional pada 1969-1982.
Sebagai perdana menteri, ia mengimplementasikan sejumlah reformasi yang berarti. Sehingga 45 tahun setelah Turki menandatangani Association Agreement dengan Uni Eropa, negosiasi keaggotaan Turki mulai dibahas.
Sejalan dengan hal ini, inflasi yang selama beberapa tahun mempengaruhi perekonomian negara itu mulai dikendalikan. Mata uang Turki, lira, perlahan menguat dan melalui ujian ‘eliminasi enam angka nol’ yang menghantui.
Partai AK yang ia pimpin kembali memenangkan kekuasaan pada pemilu 2007 dan menjadi partai pertama yang memenangkan semakin banyak suara dalam 52 tahun. Hebatnya, partai ini kembali terpilih pada 2011 untuk ketiga kalinya dan Erdogan pun bertahan.
Meski begitu, karirnya bukan tanpa cacat. Ketika menjadi walikota, ia sempat diturunkan dari jabatannya dan dipenjara karena mengutip sebuah puisi ketika berpidato di hadapan rakyat, di Provinsi Siirt, 12 Desember 1997.
Puisi tersebut diduga ia kutip dari sebuah buku yang diterbitkan perusahaan negara, salah satu yang direkomendasikan Kementerian Pendidikan negara tersebut. Setelah enam bulan dipenjara itulah, Erdogan mendirikan Partai AK pada 14 Agustus 2001.
Sejak tahun pertama, AK menjadi sebuah gerakan politik yang memenangkan dukungan publik terbanyak di Turki. Saat pemilu 2002, AK menjadi partai pertama yang memenangkan dua pertiga kursi parlemen, membentuk pemerintahan partai tunggal pertama dalam 19 tahun.
inilah | fimadani