Kematian Usamah bin Laden sudah menginjak satu bulan. Walaupun ada kesan berkurangnya pemberitaan dan korban perang, namun, tampaknya terorisme global yang dilakukan oleh militer USA di beberapa negeri Muslim masih belum usai. Atau malah memang dimaksudkan untuk tidak usai. Ini bisa dilihat dari masih bercokolnya mereka di Afghanistan dan Irak pun ketidakjelasan sikap Amerika untuk tegas menyikapi terorisme dan kolonialisme ala Israel guna mencapai perdamaian di Palestina dan dunia. Apa pasal? Pembunuhan atas Usamah bin Laden sendiri, bagi USA, menjadi pembuktian bagi ribuan keluarga yang kehilangan sanak saudara dalam tragedi 911 dan menjadi simbol kemenangan besar pemerintah dalam apa yang disebut sebagai “Perang Melawan Teror”. Namun, pembunuhan bin Laden tidak semerta-merta mengakhiri eksistensi ideologi kekerasan di dunia. Di sinilah akar masalahnya.
Masalah definisi yang tak pasti atas terma terorisme telah menjadi semakin kompleks menyusul kegagalan “Perang Melawan Teror”-nya Amerika untuk membedakan antara operasi militer yang diperbolehkan untuk melawan penjajahan dengan terorisme. Pada akhirnya kegagalan Amerika, yang sekaligus menjadi kepongahan dan kesewenangannya, memperumit hubungan antara Barat dan Dunia Muslim. Lebih jauh lagi, sebagai konsekuensi dari serangan 911, sebagaimana yang kitarasakan bahwa politisi-politisi Barat (ingat Wilders?) dan medianya berupaya mengaitkan Islam dengan terorisme. Ya, bukan berita baru lagi bahwa Islamofobia melanda dunia Barat mengakibatkan banyak Muslim yang hidup dalam bahaya ancaman rasisme dan kebencian.
Ironisnya, anti terorisme global diarahkan kepada aktor-aktor yang tak memiliki negara seperti Al Qaeda dan mengabaikan terorisme besar-besaran yang dilakukan tiap hari oleh tentara penjajah Israel terhadap sipil Palestina yang tak bersalah serta telah acap melanggar Hukum Internasional, begitu banyak resolusi PBB dan melewati begitu banyak batasan hukum dalam konflik bersenjata. Seharusnya ada harapan dengan tewasnya bin Laden. Harapan bahwa ia dapat membantu menghapus satu penyebab konflik antara dunia Muslim dan Barat secara umum dan antara dunia Muslim dengan USA secara khusus. Amerika serikat seharusnya mengakhiri pendudukannya atas Afghanistan dan menarik total pasukannya dari Irak. Amerika juga harus mengartikan ulang terorisme itu sendiri dan membedakan antara perlawanan bersenjata yang sah melawan pendudukan dengan tindakan yang semata-mata menargetkan rakyat sipil untuk tujuan-tujuan politis. Lebih jauh lagi, Amerika juga harus menarik dukungannya yang membabibuta kepada Israel khususnya setelah Israel terbukti telah sering melanggar banyak perjanjian dan hukum kemanusiaan internasional.
Amerika juga harus menghentikan campur tangannya pada masalah-masalah dalam negeri negara-negara di Timur Tengah karena campur tangan mereka lebih diniatkan untuk menanamkan kepentingan domestik mereka di kawasan itu sekaligus melindungi Israel dari peningkatan ancaman Arab kalau terjadi revolusi. Campur tangan mereka tidak demi kepentingan dan hak jutaan rakyatyang tertindas di Timur Tengah. Jika Amerika tidak melakukan hal-hal tersebut di atas, seperti yang kerap disarankan oleh kalangan cendekiawan baik Muslim dan non Muslim, maka niscaya lingkar setan kekerasan melawan hegemoni Amerika Serikat belum akan putus.
Wallohu a’lam.