39 tahun lagi, Perancis akan menjadi negeri Muslim. Tahun 2027, 1 dari 5 orang Perancis adalah Muslim. Ada 1000 masjid di Perancis, mayoritasnya bekas Gereja. Perancis diprediksi akan menjadi pembuka panklukkan Eropa, tanpa perang, tanpa aksi terorisme, tanpa radikalisme. Bahkan lebih menakjubkan, tahun 2025, 1 dari 3 warga Eropa di adalah Muslim. Semua tak lepas dari keberkahan migrasi Muslim ke benua Eropa dan angka kelahiran yang tak mampu dibendung.
Oleh karena itu, skenario menggagalkan gerakan Islamisasi di Eropa dirancang. Mulai dari penghinaan kepada baginda Nabi saw., hingga pada pelarangan burdah dan cadar di beberapa negara Eropa. Namun demokrasi dan HAM yang diagungkan Eropa, menjadi bumerang pada kebebasan warga Muslim Eropa untuk mengekspresikan hak ibadahnya.
Pilihan pun kembali pada “gerakan radikal” dan aksi teror. Inilah yang terjadi 2 hari lalu di kota Paris, jantung ibukota Perancis. Antara mengutip wawancara dengan Rocco Contento, juru bicara polisi setempat. Rocco juga menjelaskan bahwa penyerang berjumlah empat orang. Mereka memasuki kantor “Charlie Hebdo” pada pukul 11.30 siang waktu Paris, membawa pistol dan Kalashnikov.
Rekam jejak majalah mingguan “Charlie Hebdo”, sebagaimana dikutip dari The Guardian, halaman utama dengan gambar karikatur Nabi Muhammad tertulis sebagai editor majalah “Charia Hebdo” dan berkata “hukum cambuk 100 kali bila Anda tidak mati tertawa”.
Edisi spesial yang dirilis pada November 2011 ini memantik aksi bom api di kantor majalah “Charlie Hebdo”.
Bom dengan bensin itu merusak perkantoran di Paris, laman resmi majalah itu juga diretas, dan pekerja majalah diancam akan dibunuh.
Namun enam hari kemudian, seolah jauh dari kata kapok, majalah ini merilis gambar karikatur seorang kartunis “Charlie Hebdo” yang sangat bernafsu mencium seorang pria berjenggot di depan gedung yang rusak akibat aksi bom.
Judul yang dipilih kali itu adalah “L’Amour plus fort que la haine” (Cinta lebih kuat daripada kebencian). Kurang dari setahun setelah insiden itu, “Charlie Hebdo” mempublikasi beberapa karikatur menghina Nabi Muhammad.
Akibat edisi “Charlie Hebdo” itu, Pemerintah Prancis sempat meminta agar redaksi tidak meneruskan publikasi tersebut. Tapi permintaan itu ditolak, dan Prancis terpaksa menutup kantor kedutaan serta sekolah-sekolah di 20 negara akibat khawatir dengan keselamatan warganya di luar negeri.
Aksi teror itu pun dimulai. Presiden Perancis, Francois Hollande, mengecam aksi penyerangan di majalah mingguan “Charlie Hebdo”, Rabu, dan menyebutnya sebagai serangan teroris. Presiden Hollande kepada pers di Paris menyebutkan bahwa 11 orang tewas dan empat dalam kondisi kritis, sementara 40 orang berhasil diselamatkan dari kantor “Charlie Hebdo”.
Saya memprediksi, skenario 9/11 di WTC New York akan terulang. Targetnya jelas, menghentikan laju Islamisasi Eropa. Terlebih, 2 minggu lalu sudah terjadi pembakaran masjid di Eropa. Padahal sebelumnya, bekas-bekas gereja yang sepi pengunjung, dilelang dan dibeli komunitas muslim setempat.
Ustadz Nandang Burhanuddin, Lc.