Kita mungkin sering bertanya-tanya, mengapa risalah kenabian Islam terakhir diturunkan tidak di negeri dengan peradaban yang dikenal tinggi seperti Romawi, Persia, Mesir, Yunani, China, atau India. Risalah kenabian penutup justru diturunkan di sebuah dataran negeri yang belum memiliki track record peradaban yang tinggi dan menakjubkan, Jazirah Arab. Sebuah tanah yang lebih dikenal sebagai negerinya kaum Baduwi yang kurang beradab dan wilayahnya tidak subur.
Namun, Allah menghendaki untuk menurunkan risalah kenabian di jazirah negeri ini. Ia mengutus Muhammad bin Abdullah sebagai pengemban risalah fithriyah ilahiyah. Ia mengutus Muhammad bin Abdullah sebagai rasul-Nya di muka dunia. Ia mengutus Muhammad bin Abdullah untuk menyeru manusia untuk kembali mentauhidkan-Nya dan menyerahkan diri mereka sepenuhnya pada Allah.
Allah memilih Muhammad sebagai rasulullah dari salah satu keluarga Arab di Kota Makkah. Imam Muslim menulis dalam Shahih, bahwa Rasulullah berkata tentang silsilah keturunannya, “Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari garis keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari garis keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari garis keturunan Quraisy, dan memilih saya dari Bani Hasyim.”
Ismail adalah salah satu nabi putera Bapak Para Nabi, Nabi Ibrahim Sang Kekasih Allah. Dari Nabi Ibrahim inilah lahir pula Nabi Ishaq. Dari keturunan Nabi Ishaq, diangkatlah nabi-nabi untuk Bani Israel. Sementara itu dari keturunan Nabi Ismail, tidak ada yang diangkat menjadi rasul hingga pengangkatan Muhammad.
Disebutkan dalam Fikih Sirah karangan Prof. Dr. Zaid Abdul Karim Az Zaid, sejumlah ulama memberikan pemaparan berdasarkan ijtihad mereka tentang sebab-sebab terpilihnya Jazirah Arab sebagai tempat turunnya risalah kenabian yang terakhir. Sebab-sebab ini disimpulkan dari fenomena yang ada pada Jazirah Arab dibandingkan dengan wilayah lainnya.
1.Wilayah Sulit
Jazirah Arab merupakan sebuah wilayah yang sebagian besarnya merupakan gurun pasir panas yang sulit ditaklukkan oleh imperium-imperium besar di sekitarnya. Dua imperiuam besar yang wilayahnya berdekatan dengan Jazirah Arab saat itu adalah Imperium Romawi yang beragama Kristen dan Imperium Persia yang beragama Majusi.
Meskipun Jazirah Arab tidak memiliki satu kekuatan politik pemersatu yang kuat, tapi dua imperium raksasa ini kesulitan untuk menginvasi wilayah Jazirah Arab secara keseluruhan. Bahkan sejatinya Jazirah Arab diisi oleh suku-suku yang suka berperang diantara sesamanya.
2.Agama Persatuan
Berbeda dengan dua imperium raksasa seperti Persia dan Romawi yang disatukan secara politis dan religius dengan agama yang sama, yakni Majusi dan Kristen, Jazirah Arab memiliki agama dan kepercayaan religius yang sangat beragam.
Meskipun kemusyrikan dianut mayoritas penduduk Jazirah, akan tetapi tatacara ibadah dan bentuk kemusyrikan mereka berbeda-beda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Ada kelompok yang menyembah malaikat, ada kelompok yang menyembah bintang, ada kelompok yang menyembah berhala, dan lain sebagainya. Bahkan bisa jadi antara satu keluarga dengan keluarga yang lain memiliki tuhan yang berbeda dan tatacara ibadah yang berbeda pula.
Sebagian kecil yang lain memandang bahwa agama-agama ini sesat. Sehingga mereka memilih dan menganut agama-agama terdahulu yang ada, misalnya sisa agama Ibrahim, Yahudi, dan Kristen.
3.Sistem Sosial
Jazirah Arab memiliki sistem sosial tertentu dengan tradisi kesukuan tertentu. Misalnya sistem kekeluargaan yang memegang peranan sangat sentral dalam sistem kemasyarakatan saat itu. Apa yang dilakukan Bani Hasyim saat membela dakwah Muhammad bin Abdullah merupakan bukti kekuatan sistem sosial ini. Meskipun sebagian diantara mereka belum atau tidak menerima risalah yang dibawa Rasulullah, akan tetapi mereka memberikan pembelaan terhadap dakwahnya dan mencegah kezhaliman terhadapnya.
Ashabiyah atau fanatisme kesukuan dalam sistem sosial masyarakat Arab sangat dimanfaatkan oleh kaum Muslimin dalam membela aqidah dan menyebarkan dakwah Islam.
4.Fithrah Sosial
Orang-orang yang tinggal di Jazirah Arab umumnya tinggal di wilayah pedesaan yang jauh dari keramaian kehidupan kota. Sehingga pola pikir dan corak pemahaman mereka belum terlalu terkontaminasi oleh masyarakat perkotaan yang lebih individualistis dan materialistis. Mereka merupakan masyarakat yang pemikiran, perspektif, dan persepsi kehidupannya masih murni.
5. Pusat Geografis
Sejumlah pakar geografi dan ulama syari’at menyimpulkan bahwa Jazirah Arab secara geografis merupakan wilayah yang terletak di tengah-tengah peta dunia.
Dr. Husain Kamaluddin mengatakan, “Tatkala saya telah meletakkan langkah-langkah awal penulisan ini dan saya menggambar peta dunia, saya mendapatkan bahwa Makkah berada di tengah lingkaran yang menyentuh segala ujung benua, atau dengan bahasa lain, wilayah daratan dari bumi ini terletak di sekitar Makkah dengan letak yang tertata rapi, dan bahwasanya kota Makkah sekarang merupakan pusat orbit bumi daratan..”
Dalam Surat Asy Syura’ ayat 7, Allah berfirman, “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya, serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya…”
6.Bahasa Arab
Bahasa Arab yang menjadi alat komunikasi lingual tunggal di Jazirah Arab merupakan satu sistem bahasa yang unggul dan luas persebarannya. Berbeda dengan wilayah lain yang bahasanya bermacam-macam dan jumlahnya banyak. Di wilayah India ada 15 bahasa resmi, sementara Indonesia memiliki sekitar 300 bahasa daerah.
7. Sosio Religiusitas Makkah
Kota Makkah memiliki beberapa keutamaan yang tidak dimiliki oleh kota-kota lain di dunia. Di kota Makkah banyak pengunjung yang datang, berziarah ke Ka’bah yang dibangun Ibrahim dan Ismail, diselenggarakannya haji, kompetensi sastera dan syair, dan dilakukannya perdagangan oleh para sudagar.
Dengan semua keutamaan itu, maka akan mempermudah sampainya berita ke berbagai wilayah di Jazirah Arab melalui para musafir yang datang ke Makkah dan kembali ke asalnya. Kaum Anshar pertama juga masuk Islam saat musim haji.
8. Kesempurnaan Antropologi
Pakar sosiologi Islam terkemuka, Ibnu Khaldun, dalam Muqaddimah, mengatakan, “Penduduk Jazirah Arabia adalah manusia pertengahan berdasarkan segi perawakan tubuh, warna kulit, akhlak, dan agama kepercayaan, hingga mayoritas nabi-nabi yang diutus berasal dari belahan dunia Arab. Kita belum mendengar berita kenabian yang muncul dari belahan selatan atau utara dunia ini, karena nabi dan rasul harus memiliki kesempurnaan dari segi fisik dan moral.”
Dalam Surat Ali Imran ayat 110, Allah berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.”
“Yang demikian itu,” lanjutnya, “Agar mereka umat manusia mudah menerima risalah dakwah para nabi itu, dan penduduk Jazirah Arabia lebih memiliki syarat-syarat yang memudahkan mereka menerima risalah itu.”
9.Penggenapan Nubuwah
Nubuwah tentang terpilihnya seorang lelaki dengan nama Ahmad, dalam Al Kitab, disebutkan dalam Al Qur’an Surat Ash Shaff ayat 6, “Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata, ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata.’”
Syaikh Ahmad Deedat, dalam bukunya The Choice, saat menafsirkan ayat dalam Injil yang menjelaskan tentang kedatangan paraclete atau paracletos, merujuk tafsirannya kepada “Sang Penghibur” atau “Sang Pembawa Berita Gembira”, yaitu Muhammad.
Itulah beberapa alasan yang disebutkan para ulama.
Bagaimanapun fenomena dan sebab-sebab yang tampak dari alasan terpilihnya Jazirah Arab sebagai tempat turunnya risalah kenabian terakhir, tapi tetap saja Allah lah yang lebih tahu tentang rahasia ini. Penyebabnya tentu saja karena memang tidak ada dalil-dalil atau nash yang secara eksplisit menyebutkan tentang rahasia ini.