Tuhan Membusuk dan Virus Sekularisme

Saudaraku…. Tuhan telah membusuk. Itulah tulisan yang terpampang pada sebuah spanduk Ospek salah satu Perguruan Tinggi Negeri Islam di Jawa Timur baru-baru ini. Bagi yang mengerti kondisi ril negeri ini, baik individual mamupun sistem pemerintahan dengan semua derivasi hukum dan institusianya, tidak akan kaget dengan bunyi spanduk tersebut, karena ungkapan seperti itu dan lainnya sperti yang dikatakan Nietzsche satu setengah abad yang lalu “Tuhan sudah mati/ Gott is tot” merupakan ekspresi yang benar dan jujur dari sebuah idiology dan pemikiran yang bernama Sekularisme.

Sekularisme adalah virus yang sangat berbahaya, khususnya bagi manusia umumunya dan kaum Muslimin khususnya. Virus Sekulraisme menyebabkan manusia sakit otak, bodoh dan gila sehingga menjadi idiot (stroke pemikiran), tidak kritis dan lebih parah lagi masih mengklaim sebagai orang cerdas dan pintar. Nyatanya otak, hati dan perasaan sakit-sakitan ibarat hidup enggan, matipun tak mau.

Sekularisme sebagai virus pemikiran pertama kali muncul di Eropa di abad pertengahan. Saat itu masyarakatnya hidup dalam masa kegelapan. Dinamakan masa kegelapan karena bangsa Eropa sudah terlalu lama hidup tanpa pegangan/petunjuk hidup yang lurus sehingga hidup mereka terlunta-lunta ditengah kegelapan kekufuran, kemusyrikan dan jahiliyah. Sedangkan kaum Muslimin yang baru berumur sekitar 5 abad sudah meraih kemajuan luar biasa dalam semua lini kehidupan, bahkan dirasakan sampai ke jantung Eropa yang bernama Spanyol dan berbagai kawasan Eropa Timur lainnya.

Saat itu Eropa dilanda kezaliman dalam semua praktek kehidupan. Penyebab utamnya ialah fatwa dan ajaran agama Kristen yang diperjual belikan para Pendeta demi keuntungan dunia mereka dan kepentingan Penguasa/Raja/Kaisar dan tuan tanah (pengusaha). Bahkan sampai terjadi jual beli surat pengampunan dosa. Akhirnya, masyarakat dan kaum yang mengaku cerdik pandai memberontak dan menyerukan pemisahan antara aturan agama dan pemerintahan, sampai terkenal dengan semboyan : Berikan hak Allah kepada Allah dan hak Kaisar/Penguasa kepada Kaisar.

Artinya, karena agama Kristen sudah tidak banyak berfungsi dalam kehidupan dan bahkan cenderung merugikan dan menzalimi masyarakat akibat ulah para pendeta, maka kehidupan manusia di dunia ini harus diatur dengan dua sistem. Yang terkait indifidu serahkan kepada Allah dan yang terkait sosial, ekonomi dan poltik diserahkan kepada Kaisar/Penuasa. Hasilnya ialah, Allah hanya dilibatkan dalam ibadah formal di gereja dan sedikit persoalan individu lainnya, sedangkan di jalan, di pasar, di istana, parlemen, pemerintahan dan sebagainya menjadi urusan kongkaligkong Kaisar dengan para pengusaha yang wajib membayar upeti/pajak sebagai modal untuk menjalankan roda pemrintahan.

Walhasil, peran Allah dalam mengatur tata cara kehidupan manusia secara utuh dan menyeluruh ditinggalkan, kendati Allah adalah Tuhan Pencipta mereka dan telah mengutus kepada mereka para Rasul-Nya serta menurunkan kepada mereka Kitab-Kitab petunjuk-Nya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. Dengan pemikiran seperti itu, manusia telah mrampas peran Allah dalam mengatur tata cara dan tata kelola kehidupan manusia di atas bumi dengan paksa dan mereka gantikan dengan hasil pemikiran mereka sendiri yang kemudian berkembang dengan nama “demokrasi”.

Saat bangsa Eropa megalami kemajuan materi (sains & teknologi) karena meninggalkan agama mereka sekitar pertengahan abad 18 masehi, mereka menjajah negeri-negeri Islam, termasuk kawasan Nusantara ini. Saat itu umat Islam sedang mengalami kemunduran dalam berbagai lapangan kehidupan karena meninggalkan agama mereka (Islam), baik disebabkan kelalaian diri mereka sendiri, kelemahan para ualamanya maupun akibat “alghazwul fikri” (invasi pemikran) yang dilakukan dengan segala cara dan upaya oleh kaum penajajah Eropa.

Bersamaan dengan perjalanan waktu yang tidak terlalu lama, kaum penjajah Eropa berhasil dengan mudah menggantikan agama Islam yang selama 12 abad lebih mengatur semua sisi kehidupan umat Islam sejak dari Jakarta sampai Maroko dan menyeberang ke Spanyol, Eropa Timur, Asia Selatan dan Asia Tengah, dengan ideolog merka. Maka sejak itulah umat Islam, baik terpaksa maupun sukarela mengganti agama mereka yang paripurna yang diturunkan Allah spesial sampai akhir zaman dengan kekuatan tauhid, ilmu, ibadah, akhlak dan seterusnya dengan “Virus Sekularisme”. Virus Sekularisme inilah yang meracuni otak, hati dan perasaan mereka sehingga tidak terasa mereka (umat Islam) sudah menjadi para banci-banci idiologi (Islam tidak, terang-terangan kafir juga tidak berani) dan tidak sadar memusuhi agama mereka sendiri, yakni Islam yang begitu agung dan luar biasa.

Kaum sekular telah tertipu diri dan hidup dalam pusaran arus setan sehingga mereka setiap saat mengigau dan tidak paham lagi apa yang mereka ucapakan, seperti yang tertulis dalam sepanduk di salah satau acara Ospek kampus Universitas Islam Jawa Tiumur tersebut. Hati, akal dan perasaan mereka sudah mati. Padahal, kalau saja mereka masih punya sedikit akal sehat dalam kepala mereka, sangatlah mudah memahami dan membuktikan Allah itu masih Hidup, masih Kuasa, masih Perkasa, Adil, Bijaksana dan seterusnya dan akan tetap Hidup selama-lamanya.

Kalau yang dimasksud kaum sekular yang mati atau membusuk itu adalah Tuhan benama Allah dengan 99 sifatn-Nya, maka alangkah bodohnya dan matinya akal dan hati mereka? Karena kebodohan akal dan matinya hati, mereka tidak dapat memahami dan merasakan Kekuasaan Allah dalam diri mereka sendiri, apalagi memahami Kekuasaan Allah di alam semesta yang amat dahsat itu.

Namun apa yang hendak dikata, kalau hati sudah mati, akal sudah linglung, mata sudah buta, telinga sudah pekak, tak ubanhnya bagaikan hewan, bahkan lebih sesat lagi, karena hewan saja tidak pernah berkata dan berpemikiran buruk seperti itu terhadap Tuhan Pencipta mereka. (Surat Al-A’raf : 179 dan An-Nur : 41)

Bahaya Virus Sekularisme

Visrus Sekularisme itu sangat berbahaya bagi keimanan, akal, hati dan perilaku seorang Muslim. Di antaranya :

1. Mengingkari Kekuasaan Allah (Rububiyyatullah) yang bersifat mutlak dan tanpa batas tempat dan waktu. Padahal, diakui atau tidak, dengan Kekuasaan-Nyalah Allah menciptakan dan mengatur segala sesuatu, termasuk manusia itu sendiri. Kalau kaum sekular itu tidak percaya pada Kekuasaan Allah yang bersifat mutlak, maka mengapa mereka tidak bisa menahan atau menggagalkan kelahiran/kehidupan merek di atas bumi ini atau menahan kematian setelah sampai ajal dan seterusnya? (Al-Baqarah : 28). Kalau tidak bisa, berarti ini adalah salah satu bukti bahwa Kekuasaan Allah terkait penciptaan (Rububiyyatullah), menghidupkan dan mematikan dan seterusnya masih berlaku sampai detik ini, dan akan tetap berlaku selama-lamanya. Jika Rububiyyatullah masih berlaku, maka Uluhiyyatullah (sistem ibdah dan berbagai sistem nilai Allah lainnya) masih tetap berlaku dalam kehidupan kita.

2. Mengingkari Ilmu Allah yang Maha sempurna dan mencakup segala sesuatu. (Surah Ath-Thalaq : 12). Sedangkan sekularisme membatasi peran Allah dalam mengatur kehidupan yang bersifat individu (itupun tidak semuanya) dan menafikan sistem-Nya dalam masalah sosial kemasyarakatan, ekonomi, negara, pemerinatahan, kepemimpinan dan seterusnya. Celakanya, mereka, bukan hanya menafikan peran sistem Allah dalam kebanyakan lapangan kehidupan, akan tetapi memaksakan diri untuk menggantikan Allah dalam kehidupan, khususnya dalam membuata sistem kehidupan secara menyeluruh. Akibatnya, sekulaarisme mengajarkan kesombongan dan pembangkangan terhadap Allah sebagaimana yang dilakukan Iblis/Setan terhadap Allah saat Allah memerintakan malaikat dan jin sujud kepada Adam. (Surah Al-Baqarah : 34)

3. Apabila kedua poin di terdapat dalam pemikiran dan hati seorang Muslim, maka tanpa disadari ia telah murtad dari Islam atau kafir kepada sebagian ajaran Islam (Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah). Jika kemurtadan atau kekufuran itu diketehaui dan disadari, maka tidak diragukan pelakunya telah murtad atau kafir. Karena meniggalkan Islam dengan sengaja adalah murtad dan Rasulullah memerintahkannya dibunuh. (Hadits Riwayat Ibnu Hiban) . Sednagkan beriman kepada sebagian ajaran Islam (Al-Qur’an dan Sunnah Rasul) dan menolak sebagian yang lain adalah kafir yang menyebabkan pelakunya dihinakan Allah di dunia dan dimasukkan ke dalam Neraka. (Surah Al-Baqarah : 85)

Tips Terapi Virus Sekularisme

Bagi Muslim yang sudah lama dijangkiti virus Sekularisme memang memerlukan terapi khusus dan waktu yang cukup lama. Sejarah dakwah kontemporer di Indonesia misalanya, belum berhasil mengobati dengan tuntas visrus Sekularisme para aktivisnya. Kendati sudah ngaji (menuntut ilmu/tarbiyah) puluhan atau belasan tahun, maka akar-akar viris sekularisme masih kental dalam kehidupan sebagian besar tokoh dan para aktivisnya seperti, nasionalisme, demokrasi, materialisme dan asebagainya.

Sebab itu, ada dua kemungkinan, terapai yang diberikan tidak sesuai dengan jenis virus yang berjangkit, atau bisa dikatakan juga malpraktek, atau virusnya yang sudah kebal terhadap obat yang diberikan.

Bandingkan dengan para Shahabat (ex kafir dan musyrik kelas berat) yang sedang terjangkit virus Jahiliyyah (kufur, syirik dan sebagainya) saat mereka hidup sebelum memeluk Islam, maka terapi Islam yang dijalankan Rasulullah terhadap mereka sukses gemilang sehingga mereka iabarat manusia yang lahir kembali dalam keadaan suci sehingga mereka menjadi generasi “khairu Ummatin ukhrijat lillas”; generasi terbaik yang opernah Allah tampilkan.

Sebab itu, secara nilai, teori, konten dan efektivitas Islam dalam menyembuhkan berbagai virus pemikiran, keyakinan, pemahaman dan prilaku sepanjang masa tidaklah diragukan. Namun, Islam itu hanya akan bermanfaat dan efektif dalam penyembuhan total berbagai macam virus tersebut, termasuk virus Sekularisme sebagai virus inti dalam kehidupan umat Islam masa kini, yang sedang menjangkiti umat Islam hari ini, jika :

1. Islam dijadikan terapi utama, tanpa campuran pemikiran apapun dari luar Islam, sebagaimana yang dilalukan Rasulullah terhadap para Shahabat.

2. Memulai terapi hal-hal yang fundamental; yakni masalah keimanan yang mencakup hakikat Iman, rukun iman dan faktor-faktor yang membatalkan keimanan, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah terhadap para Shahabat. Hindari perdepatan masalah-masalah khilafiyyah masalah cabang ajaran Islam yang menjadi domain para Ulama Mujtahidin.

3. Setiap saat harus ada uapaya sungguh-sungguh menyuburkan iman dengan berbagai macam ibadah fardhu seperti shalat dan sebagainya dan ibadah sunnah lainnya seperti shalat sunnah, shaum sunnah, infaq, zikrullah, bersolawat kepada Nabi dan sebagainya. Lakuan semua ibadah tersebut dengan niat ikhlas hanya kepada Allah dan mengikuti contoh Rasulullah dan Shahabat, khusunya Khulafaurrasyidin.

4. Kuatkan iman kepada Allah dengan cara mentadabburkan Al-Qur’an, khususnya terkait dengan sebab-sebab Allah memusnahkan dan mengazab umat, bangsa, tokoh dan penguasa di masa lalu dan ayat-ayat yang terkait dengan penciptaan langit, bumi, manusia apa saja makhluk Allah lainnya di bumi maupun di langit (sains).

5. Jadikan Al-Qur’an sebagai sahabat setia dalam kehidupan ini dengan dibaca setiap hari, ditadabburkan isinya, diamalkan perintahnya, ditinggalkan larangannya, dihafal semaksimal mungkin dan diajarkan kepada orang lain, kendati hanya bisa satu ayat, khusunya kepada anak, istri, kerabat dan sahabat lainnya.
6. Hindarkan sejauh mungkin makanan, minuman dan pakaian yang haram dan syubhat, bai jenisnya maupun cara memperolehnya.

7. Meluruskan dan memperbaiki pemahaman dan pemikiran tetanng ajaran Islam secara keseluruhan melalu thalabul ilm, khususnya Al-Qur’an dan Sunnah Rasul shallallahu alaihi wasallam. Jika ada pemahaman yang tidak sesuai Al-Qur’an dan Sunnah harus siap meninggalkannya kendati sudah dianut sejak dari kecil. (Surah Al-Ahzab : 36).

8. Yakini kehidupan dunia ini hanya sementara dan semua manusia pasti mati dan akan kembali ke kampung abadi yang bernama akhirat. Di akhirat kelak, semua manusia, tak terkecuali, akan diberikan hasil iman dan amal perbuatan mereka. Jika baik dan sesuai dengan syari’at Allah maka akan mendapatkan balasan Syurga dan jika tidak akan mendapatkan neraka.

9. Ingat selalu kematian, bangun orientasi akhirat, tanamkan dalam diri bahwa kesuksesan yang sesungguhnya adal saat di akhirat nanti dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke Syurga dan kehidupan dunia ini hanyalah kenikmatan sedikit yang menipu. (Surah Ali Imran : 185)

10. Selalu berdoa kepada Allah agar iman dan Islam tetap terjaga dalam diri sampai mati dengan pemahaman yang benar dan agar tetap dapat meningkatkan selalu amal shaleh sepanjang hidup dan semakin mendekati kematian.

Yaa Rabbana…. Engkau tidak turunkan Al-Qur’an itu kecuali obat/peneymbuh penyakit kami dan sebagai kasih syang-Mu kepada kami. Sebab itu, sembeuhkanlah berbagai penyakit fisik, mental, hati dan akal kami melalui Al-Qur’an. Kucurkanlah rahmat-Mu kepada kami dangan Al-Qur’an. Jadikanlah Al-Qur’an itu penyejuk hati dan fikiran kami serta penenang jiwa kami, penghapus kesedihan dan kepedihan kami. Anugerahkan kami membaca dan mentadabburkan isinya di setiap pagi, sore dan sepertiga malam terakhir. Jadiklah Al-Qur’an itu petunjuk, cahaya, peringatan, furqan dan ruh kehdupan kami di dunia, syafaat bagi kami pada hari kiamat nanti dan penentu derajat kami di dalam syurga kelak, wahai Rabb, Tuhan Pencipta alam semesta… Kabulkanlah… Kabulkanlah… Kabulkanlah permintaan kami ini….

Ustadz Fathuddin Ja’far