Hari ini kurikulum pendidikan menjadi topik yang hangat, dua kubu saling meng-klaim paling benar, kubu pertama yang berpihak pada Kurtilas (Kurikulum 2013), yang digawangi oleh Pak Muhammad Nuh berargumen kurikulum ini sudah sesuai pola perkembangan anak, berbeda dengan kubu kedua yaitu Mendiknas Pak Anis Baswedan, berdalih Kurikulum 2013 targetnya terlalu tergesa-gesa, maka beliau membuat kebijakan meng-cut sementara Kurtilas. Manakah yang benar? silahkan Anda pilih sendiri, semua pihak punya alasan sendiri. Kalau saya tidak ada kepentingan untuk memihak.
Sebelum ramai diperbincangkan, jauh-jauh hari saya coba melacak, sebenarnya apa tujuan dari pendidikan di Indonesia, Alhamdulillah akhirnya saya temukan ada dalam UU 2003 No.20, berikut teksnya, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Subhanallah, sungguh baik tujuan pendidikan di Negara ini, yaitu beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar lebih dalam memahami tujuan pendidikan Indonesia, mari kita kupas satu persatu
1. Manusia beriman dan bertakwa
2. Setelah ber – IMTAQ pasti akan berakhlak mulia
3. Dengan iman yang kuat dan akhlak mulia pasti akan memilih kehidupan yang lebih sehat serta akan selalu menjaga diri agar selalu meningkatkan keilmuannya.
4. Setelah memiliki ilmu yang mumpuni, otomatis tertancap jiwa kreativitas tinggi, sehingga menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab dengan ilmu yang dimilikinya kepada Allah?
Sungguh sangat baik jika para pendidik paham tujuan akhir pendidikan negeri ini! Urutannya sesuai mulai dari menguatkan Iman, dan setelah imannya kuat akan mempengaruhi elemen lain bergeser kearah yang lebih baik.
Seharusnya begitulah kurikulum yang ideal, yaitu memiliki tahapan berurutan, analoginya seperti kalau kita keseleo saja akan repot jika salah urut, bukan membaik malah timbul masalah baru.
Bisa juga kita umpamakan membuat kue, jika salah urutan memasukan dan mengaduk bahan, maka kue akan jadi bantet, tak masalah walau bantet masih bisa dimakan, walaupun hasilnya gagal sekalipun, sang koki membuat ulang dengan bahan-bahan baru, tentu dengan cara yang sesuai urutan.
Beda kue dengan manusia, apakah jadinya jika kita salah mengurutkan pendidikan pada anak kita? Maka sangat fatal jika terjadi kesalahan, karena pasti ada perilaku yang salah, dan tak mungkin mengulang kembali episode yang sudah diputar.
Lalu, seperti apakah urutan pendidikan yang benar dalam Islam. Mari belajar dari sejarah kegemilangan Islam, karena Sejarah peradaban Islam adalah aplikasi dari Al-Qur’an dan As Sunnah
Muhammad Al Fatih usia 22 tahun menjadi sultan, dua tahun setelahnya berhasil meruntuhkan benteng konstantinopel, Usamah bin Zaid Usia 18 tahun sudah menjadi panglima perang menaklukan Roma.
Itulah kebesaran Islam, pertanyaannya Apakah kita bisa mengulang sejarah itu? Jawabannya bisa, jika mengikuti urutannya.
Usia sebelum baligh, para tokoh besar sudah menyelesaikan hafalan Qur’an 30 , Juz, Imam Syafi’i hafal usia 7 tahun, Ibnu Sina Hafal usia 10 tahun.
Kemudian Usia 15-20 menghafal hadist, fiqh, dan keilmuan lainnya. Masuk usia 20 tahun keatas menjadi Ahli Ilmu diberbagai bidang, bahkan menjadi sosok penoreh tinta emas sejarah Islam. Subhanallah.
Sudahkah kita yakin dengan bukti sejarah, jika belum, berarti masih ragu dengan tahapan-tahapan yang dilalui, maka jangan berlama-lama di lembaga Kuttab dan cari lembaga lain!
Kalau yakin, mari sama-sama di urut dan di mulai dari mana? Mudah saja, ikuti dengan yakin syari’at Allah, misalnya dalam Al Qur’an jelas ada perintah kepada Ibu untuk menyusui anak selama 2 tahun, menyusui berbeda dengan memberi asi, kalau memberi asi cukup diperah taruh difrezer ibu bisa kembali bekerja.
Menyusui bukan hanya memberikan asi, tapi juga ada proses Ibu menyentuh syaraf anak, membelai lembut rambut dan kulit, begitu sebaliknya anak bersentuhan dengan Ibu, tangan anak meraba wajah ibunya, menarik jilbabnya. Inilah fitrah anak yang harus dijaga, anak berlatih alami memgontrol syarafnya, mendekatkan emosi kepada ibunya, jika proses ini hilang maka jangan berharap kebesaran hadir pada anak-anak kita.
Mudah dan sederhana, namun karena sangat sederhana, perintah Allah dirasa biasa saja oleh kaum muslimin, tetapi jika ada penelitian yang mengatakan bahwa, menyusui sangat baik mempengaruhi perkembangan emosi anak, adalagi penelitian tentang Sholat Tahajud baik untuk metabolisme tubuh, sedekah berefek besar menaikkan rezeki, baru menggugah dan semangat melaksanakkannya.
Kalau tadi mata terbelalak, hati tersentak mendengar kehebatan orang-orang terdahulu. Lalu apa yang terjadi pada kaum muslimin hari ini usia 20, ada diposisi dimanakah mereka? Usia 24 tahun baru buat skripsi, dan belum siap bekerja!
Aisyah saja menikah dengan Rasulallah umur 9 tahun, namun keilmuannya seperti usia 15 tahun, terbalik dengan wanita hari ini Usia 15 sudah masuk masa baligh, tetapi keilmuan dan perilaku jatuh pada usia 9 tahun. Ini fakta dan harus dicari solusinya!
Alhamdulillah di Kuttab sudah dimulai, tanah sedang digemburkan, benih sudah ditanam, maka jagalah tahapan ini. Usia Kuttab 5-12 adalah masa untuk menguatkan iman dan tetap menjalani proses menghafal dengan target 7 Juz mutqin, memperbaiki Adab sebelum ilmu. Di Kuttab santri dibiasakan belajar tenang, duduk tertib, menjaga kesopanan terhadap ahli ilmu.
Jika terus dijaga Biidznillah anak-anak akan kokoh imannya, dan menjaga adab-adab terbaik Islam, maka nanti di Madrasah santri sudah terbentuk pola seorang pecinta ilmu, di tahun pertama akan diselesaikan hafalannya, tahun kedua memgahafal kitab hadist Bulughul Mahram dan menyusul kitab-kitab lainnya.
Tahun ketiga dan keempat, menguatkan bahasa arab dan inggris serta pelajaran umum. Baru masuk tahun ke 4 diajarkan keterampilan hidup, santri akan langsung magang di laboraorium sesungguhnya yaitu perkebunan, perternakan, IT, bahkan nanti jika memungkinkan beberapa santri akan diberikan amanah menjadi kepala Kuttab di Usia 18 tahun.
Akhirnya masuk Usia 20 tahun, isi kepala dan hati mereka sudah utuh, bukan lagi ilmu berada di laptop atau flashdisk tapi ada di kepala mereka, maka pada tahap ini Yahudi tidak bisa menyerang mereka.
Tugas kami hanya berusaha, berusaha yakin dan nyaman menjalani syari’at, hasilnya kita serahkan pada Allah.
Ustadz Ilham Sembodo, S.pd