Cara Asyik Menikmati Hidup

Banyak yang bilang hidup hanya sekali, jadi harus dinikmati. Kalimat tersebut ada benarnya, meskipun tidak selamanya benar. Sebab menikmati hidup itu tergantung pada rasa setiap orang, dan setiap orang punya seleranya masing-masing.

Tapi, sedikitnya ada empat cara asyik yang sering dipraktekkan orang untuk menikmati hidup. Apakah itu?

Traveling

Traveling bukan hanya sekedar urusan menghabiskan uang. Banyak orang yang sengaja bekerja dalam dunia traveling agar bisa menikmati hidup. Traveling membuat kita mengenal banyak orang dan banyak tempat. Ada banyak sekali kejadian ynag hanya bisa didapatkan ketika berada ‘diluar’ rumah. Wawasan baru, kenalan baru, bahkan sampai pemikiran baru. Banyak orang ynag dulunya begitu malas beribadah kini menjadi rajin beribadah karena traveling. Sebab dalam setiap perjalanannya ada banyak hal yang ditemukan. Tentang orang-orang yang atas ijin Allah hidup dibawah garis kemiskinan, dan kita Alhamdulillah masih berkecukupan. Atau tentang anak-anak yang terpaksa bekerja untuk membantu orang tuanya, dan pada waktu kita umur serupa Alhamdulillah disibukkan dengan mainan yang beraneka ragam.

Menulis Buku

Apa menariknya menulis buku? Dengan menulis, kebaikan yang ada dalam diri kita bisa kita salurkan kepada orang lain. Hal ini berlaku dua hal, pertama dan yang utama adalah kita harus menjadi pribadi yang baik dulu sebelum ‘membaikkan’ orang lain. Kedua, semua kebaikan yang kita tuliskan akan menjadi amalan jariyah yang nantinya akan kembali kepada diri kita sendiri.

Membuat Rumah Baca atau Asrama Asuh

Banyak orang yang ditakdirkan Allah tidak seberuntung kita. Banyak anak-anak yang tidak lahir dari keluarga mampu dan terpandang. Mereka tidak bisa memilih lahir dari keluarga mana, Allah sudah mengaturnya. Maka menjadi orang tua kedua bagi mereka adalah satu hal yang menarik untuk dilakukan. Bila akhirnya mereka menjadi orang sukses dan sholih, maka In Sya Allah doa-doanya juga akan sampai kepada kita. Bukankah salah satu amal jariyah adalah doa anak yang sholih. Allah tidak memberikan batasan apakah itu anak asuh atau anak kandung. Maka semakin banyak ‘anak’ kita yang sholih maka doa-doa yang baik itu akan selalu ada untuk kita.

Menjadi Relawan

Tidak semua orang mau menjadi relawan. Bahasa kasarnya ‘tidak ada uangnya’. Ya, menjadi relawan memang bukan sekedar mencari uang. Menjadi relawan ibaratnya mewakafkan diri untuk ummat. Ini bukan sekedar ada uangnya atau tidak, namun memenuhi panggilan jiwa untuk menebarkan kebaikan.