Dunia Anak-Anak

Libur telah tiba
Hore..hore..
Hatiku gembira

Sebaris lagu anak-anak yang mengingatkan kita tentang masa lalu yang telah dilewati. Kini, lagu anak-anak terkalahkan dengan lagu populer ataupun lagu-lagu untuk orang-orang dewasa sehingga semakin hari semakin meredup pula gaung terdengarnya lagu anak-anak di soentara negeri ini.

Anak-anak zaman sekarang lebih hafal lagu-lagu orang dewasa daripada lagu anak-anak ataupun lagu wajib yang diajarkan di sekolah. Mereka dengan mudah melantunkan syair-syair yang kebanyakan berisikan tentang hal-hal yang tidak patut dilakukan oleh anak-anak.

Dunia anak-anak tetaplah menjadi dunia anak-anak. Biarkan mereka memiliki dunia masing-masing. Namun, kini dunia anak-anak semakin cepat mereka lalui sehingga langsung menuju dunia remaja ataupun dewasa.

Inikah gambaran yang terjadi di negeri kita tercinta ini? Anak-anak tak bisa merasakan dunianya sendiri sebab mereka telah beralih ke dunia ‘lain’. Dunia yang belum saatnya mereka rasakan dan alami.

Namun, beginilah realita yang ada. Perkembangan zaman adakalanya memberikan efek positif tapi disatu sisi tetap memberikan efek negatif pula. Tergantung manusia sendiri yang harus pandai memilah dan memilih perkembangan dan kemajuan zaman apakah yang patut diikuti dan ditiru? Mengenai anak-anak, kembali posisi orang tua yang mengarahkan mereka untuk bisa menyaring berbagai arus yang semakin deras menerjang anak-anak.

Setiap hari anak-anak disuapi dengan berbagai ‘makanan dan minuman’ yang bukan semestinya mereka konsumsi dimasa kanak-kanak. Disadari atau tidak, kadang disuapi, kadang mereka menyuap sendiri ‘makanan’ tersebut.

‘Makanan dan minuman’ itulah yang membentuk karakter dan pola pikir anak-anak sehingga mereka tidak menemukan dunia sendiri.

Bukankah anak-anak memiliki dunia sendiri? Dunia yang tak bisa dirasakan oleh kebanyakan orang dewasa. Dunia yang mereka miliki sendiri tak ada seorang pun yang mampu membatasi dunia mereka. Dunia yang mampu mengubah hal-hal yang mustahil bagi orang dewasa mereka jadikan kenyataan. Dunia yang dulu dialami orang-orang dewasa selagi kecil. Tapi, kini mereka tak mampu kembali ke dunia tersebut.

Kembali ke dunia anak-anak. Dunia anak-anak identik dengan bermain. Meraka akan memainkan apa saja yang ada disekitarnya. Kertas mampu mereka ubah menjadi pesawat, kapal, robot, mobil. Apakah orang dewasa mampu mengubah kertas seperti yang dialami anak-anak? Mungkin, orang dewasa akan tertawa. Itu hanya sebuah lelucon dan dunia anak-anak. Tapi, ternyata disini manusia diajarkan untuk mampu mengasah kreativitas diri. Anak-anak adalah contoh manusia yang kreatif tanpa batas. Orang dewasa apakah juga kreatif seperti anak-anak?

Anak-anak ketika belum saatnya memasuki dunia orang dewasa yang terjadi adalah mereka akan bertindak seperti orang dewasa tanpa disertai dengan pemahaman dan ilmu yang dimiliki. Sebaliknya, orang dewasa yang memasuki dunia anak-anak malah menjadi sebuah anjuran. Anjuran untuk orang dewasa yang terlalu sibuk dengan rutinitas sehari-hari. Luangkanlah sejenak waktu untuk terjun ke dunia anak-anak. Dunia tanpa tangisan. Dunia yang diliputi senyuman. Dunia kreatif tanpa batas.

Dunia tanpa tangisan

Inilah dunia anak-anak, mereka hanya mengenal istilah tersenyum. Tangisan hanya sebagai pelepas ketidakmampuan mereka dalam melakukan berbagai hal sehingga mereka menangis. Seandainya, dilihat dunia anak-anak itu apakah lebih banyak menangis ataukah tersenyum? Perhatikanlah, dengan seksama. Ternyata, dunia mereka lebih banyak dengan senyuman. Satu kali menangis sepuluh kali tersenyum.

Mereka sekali menangis tapi setelah itu berkali-kali tersenyum. Apakah ini dialami oleh orang-orang dewasa? Orang dewasa sebaliknya sepuluh kali menagis dahulu baru akan mampu sekali tersenyum. Sebab, mereka tak mau tersenyum pada saat berbagai masalah meliputi diri mereka. Padahal, lewat senyuman masalah yang ditimpa akan melunak secara perlahan-lahan.

Dunia yang diliputi senyuman

Senyuman inilah yang menghiasi hari-hari mereka. Senyuman yang membuat mereka bahagia. Tanpa menunggu bahagia terlebih dahulu baru mereka tersenyum. Mereka tersenyum terlebih dahulu maka kebahagiaan pun terpancar di wajah-wajah yang masih imut dan lucu.

Senyuman anak-anak sangat berbeda jauh dengan senyuman orang dewasa. Senyuman anak-anak tulus dan murni dari hati terdalam mereka maka dari itu akan ada keteduhan dan kebahagiaan tatkala orang dewasa melihat anak-anak tersenyum. Sedangkan, senyuman orang dewasa mengandung banyak makna. Adakalanya mengandung kebaikan adakalanya pula senyuman itu mengandung keburukan. Senyuman kebaikan adalah senyuman yang dipancarkan untuk saling menghargai dan menghormati sesama manusia dan senyuman keburukan adalah senyuman yang diberikan untuk menghina ataupun mencela sesama.

Dunia kreatif tanpa batas

Inilah satu dunia yang tak pernah ada seorang pun yang mampu membatasi dan mencegahnya. Dunia kreatif anak-anak mengalahkan dunia kreatif orang dewasa. Segala hal bisa mereka rubah. Bahkan hal-hal yang tak pernah terpikirkan oleh orang dewasa. Kreatif mereka tanpa batas sebab tak ada yang mampu membatasinya. Dibalik, kreatif tanpa batas itu terkadang orang dewasalah yang membatasi kreativitas anak-anak sehingga mereka tercegah dan tersendat kreativitasnya. Padahal, anak-anak memiliki kapasitas kreatif melebihi kapasitas orang dewasa.

Tak maukah orang dewasa belajar kreatif laksana anak-anak? Bukankah sumber kreatif itu ternyata ada saat manusia masih anak-anak. Tanpa disadari, kita semua telah banyak mensia-siakan kreativitas selagi kecil, sehingga pada saat menjadi dewasa tingkat kreativitas yang dimiliki menjadi menurun.