Di awal masuknya penjajah Amerika ke Irak, sebagian saudara kita sangat berhati-hati menjuluki kelompok maupun tokoh mazhab dan politik tertentu dengan julukan sektarian, sampai ketika dendam dan pengkhianatan Shafawi (gelar untuk Syiah Rafidhah-pent.) mulai tercium, pembunuhan dan pemusnahan identitas tertentu semakin meningkat, dan milisi-milisi Iran atau yang dipromotori oleh Iran dengan gencarnya memburu para ulama, khatib, pemimpin politik dan suku, serta kader intelektual dan militer sunni, Ahlus Sunnah Irak mulai sadar bahwa bumi mereka telah dicuri, semua hak mereka telah dirampas hingga mereka tidak memiliki apa-apa lagi.
Tidak sedikit tokoh dan pejabat pemerintah disingkirkan, diburuh dan dibunuh. Mereka merasa hanya ada dua pilihan, yaitu; berpartisipasi bersama pemerintah Shafawi dengan tunduk dan menyerahkan semua loyalitas kepadanya, atau disisihkan dari pemerintahan, dan kemungkinan besar akan dibunuh atau minimal diadili dengan tuduhan yang kejam , kotor, dan dipolitisir!
Meskipun cucuran darah Ahlus Sunnah di Irak masih mengalir dan luka-lukanya belum kering, namun tragedi serupa kembali terulang di Suriah. Kesalahan yang sama pun berulang lagi. Di bulan-bulan awal revolusi Suriah, atas dasar ijtihadnya, sebagian saudara kita enggan menyematkan gelar sektarian kepada pemerintah Basyar Al Assad. Namun, sejalan dengan meningkatnya alur revolusi yang mengalir hampir di seluruh kawasan Suriah, rezim Basyar semakin khawatir akan keruntuhannya, maka rezim Suriah membuka perbatasan-perbatasannya, Hizbullah Lebanon mulai ikut campur tangan dengan tentara dan senjata, disusul oleh milisi-milis bersenjata Irak, dan diikuti oleh Iran dengan dukungan tiada duanya. Kedua pihak ( baca. Rezim Basyar dan sekutunya ) dengan sangat beringas menghabisi rakyat Suriah, pembantaian tersebut dihiasi dengan berbagai tindakan sektarian tanpa prikemanusiaan; pemerkosaan, pembunhan anak-anak, mutilasi, dan penistaan tempat-tempat suci.
Hakikat yang di awal revolusi masih rahasia, kini telah menjadi sekandal nyata yang tidak bisa ditutup-tutupi. Pernyataan sektarian mendukung rezim Basyar dari berbagai tokoh mazhab dan politik silih berganti mencuat ke permukaan, di mulai oleh Khamane’i, Pemimpin tertinggi revolusi Iran, disusul oleh Ahmadinejad, Presiden Iran, Hasan Nashrallah Sekjen Hizbullah Lebanon, Nouri Al Maliki Perdana Menteri Irak, Muqtadha Shadr, dan lain-lain.
Pengamat fenomena global pasti tahu bahwa di sana terdapat koalisi mencurigakan antara proyek Shafawi (Syiah) dan sayap-sayap politiknya, dengan kekuatan Internasional. Lihatlah Amerika Serikat yang menyerahkan Irak sebagai hadiah gratis untuk Iran, ia juga menutup mata dari kejahatan kemanusiaan di Suriah. Lavrov, Menlu Rusia, dengan sangat tanpa rasa malu menakut-nakuti dunia dari kemenangan kaum Sunni Suriah, dan mengancam siapa saja yang berani mempersenjatai tentara kebebasan Suriah ! Maha Benar Allah Yang telah berfirman :
{ وَإخْوَانُهُمْ يَمُدُّونَهُمْ فِي الْغَيِّ ثُمَّ لا يُقْصِرُونَ } [الأعراف: 202]
Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan). (QS. Al-A’raaf:202)
Kita sekarang berhadapan dengan proyek Shafawi sektarian dengan misi berbahaya dan visi jahatnya, yang semakin nyata dari hari ke hari, namun demikian kita masih saja berlari dari realita. Saat saudara berbicara masalah hak asasi saudara-saudara kita, Ahlus Sunnah yang di Iran atau Ahwaz, sebagian saudara kita mencelanya dengan tuduhan menghidupkan issu sektarian! Bila saudara mengangkat kasus pembantaian, pengusiran, dan pembasmian etnis Ahlus Sunnah di Irak, mereka akan menjuluki saudara ekstrimis dan radikal. Jika menyinggung proyek Iran di Bahrain, bantuan persenjataan Iran bagi Hutsiyyin di Yaman, dan berbagai proyek sektarian Iran lainnya, mereka akan berikan saudara gelar sektarian dengan predikat cumlaude .
Manakala saudara sampai berani mengeritik Hizbullah Lebanon dan koalisi jahatnya dengan rezim Suriah, maka saudara dianggap mengungkit kembali konflik sejarah, dan mengangkat isu perselisihan yang sudah kadaluarsa. Apabila saudara mengamati dan mengumpulkan data ekspansi Iran di Al-Jazair, Nigeria, Sinegal, Indonesia, Bangladesh, dan Negara-negara besar Islam lainnya, maka tuduhan pemecah persatuan umat dengan isu fanatik mazhab, langsung disematkan pada saudara. Dan ketika saudara membela Ummahat Al Mukminin dan sahabat Rasulullah radhiyallahu anhum ajma’in, maka saudara dianggap menyibukkan diri membantah oknum yang tidak mewakili opini umum sektenya.
Bila mana saudara bersikap preventif terhadap slogan lembaga-lembaga yang menyerukan taqrib (konvergensi) Ahlus Sunnah dengan Syiah, dengan memaparkan bukti-bukti lama dan kontemporer atas kegagalan slogan-slogan ini dan kredibilitasnya yang sangat minim, maka serentak mereka berteriak, dan mencelamu sebagai penghambat dan pengkhianat.
Inti dari proyek Shafawi adalah mengusir dan membasmi Ahlus Sunnah di berbagai Negara, seraya mengubah komposisi dan struktur penduduknya. Mereka merongrong Negara atau komunitas muslim dengan proyek sektariannya, hingga sampai berbagai penjuru dunia; Afrika, Asia Tenggara, Asia Tengah, Eropa Timur, dsb, melalui aktifis dan duta-duta politiknya.
Sayangnya, dilema ini hanya ditanggapi dingin dan pura-pura tidak tahu oleh sebagian politikus muslim, bahkan beberapa aktifis Islam menyerukan untuk bertoleransi, bersikap bijak, dan mengendalikan diri. Dan terdengarlah teriakan-teriakan dari berbagai pihak : ” Jangan sektarian…, hindarilah sikap sektarian !”
Masih ada fakta menyedihkan lain yang membutuhkan dialog serius dan tinjauan tulus yang lebih mendalam, yaitu bahwa dedengkot politikus dan para mu’ammam empunya proyek Shafawi, dengan begitu vulgarnya mengumumkan visi misi politik dan ideologi mereka, mereka mencampakkan sorban taqiyyah tanpa keraguan, sedang sebagian kita masih menyeret harapan semu yang fiktif, bimbang pada saat wajib maju, dan hanya diam saat seharusnya bicara.
Padahal dukungan penuh; politik, militer, dan ekonomi yang diperoleh Rezim Suriah dari sekutu-sekutunya di Iran, Irak, dan Lebanon, seharusnya ditandingi dengan proyek jelas, dan dukungan penuh dari setiap negara pendukung rakyat Suriah yang sedang berjuang.