Minggu, 14 Juni di Masjid Istiqlal Jakarta digelar Munas NU dan Istighosah menyambut Ramadhan 1436 H. Tema yang diambil dalam Munas NU ini adalah Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia. Hadir dalam acara tersebut Habib luthfi, Menpan RB Yuddy Chrisnadi, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin dan Presiden Jokowi. Presiden Jokowi memberikan sambutan dalam pertemuan Ulama-ulama Nahdlatul ulama (NU), beliau menyatakan, “Islam Indonesia adalah Islam Nusantara. Islam Nusantara itu lebih baik, lebih ramah, lebih moderat dari Islam Irak, Islam Suriah atau Islam Libya.”
Akan tetapi negeri ini nyatanya paling korup kan? Saya hanya berharap ini konsep berpikir orisinil dari Presiden Jokowi. Jangan seperti ketika beliau memberikan sambutan, pada peringatan hari lahirnya Soekarno di Blitar, sudah hanya membaca konsep orang, salah lagi. karena beliau menyatakan Soekarno lahir di Blitar, padahal sesungguhnya Soekarno lahir di Surabaya.
Setahu saya Islam itu ya Islam, tidak ada istilah Islam Arab, Islam Pakistan, apa lagi Islam Nusantara. Karena dalam Quran kita tidak menemukan satu pun ayat yang menyatakan adanya Islam Nusantara. “Inna Dina Indallah hil Islam”. Sesungguhnya agama yang paling benar di sisi Allah hanyalah agama Islam. tidak ada ayat yang menyatakan, “Inna dina idallah hil Islam Nusantara.” Satu lagi, memangnya Islam yang disebarkan Nabi Muhammad itu merusak dan berbeda dengan Islam Nusantara?
Indonesia ini semakin lama semakin aneh, kemarin mengaji pakai langgam Jawa di istana negara dan ternyata tajwidnya ada kesalahan. Belum lagi mendapat kritik dari ulama Islam sedunia termasuk imam besar majidil haram. Sudahlah kalau Presiden Jokowi tidak ahli dalam bidang agama Islam maka jangan selalu mengeluarkan statement-statetment yang keliru karena itu bukan bidang keahlian Presiden. Fokus saja mengurusi dan memperbaiki kondisi ekonomi Negara. Kuatkan lembaga KPK, perbaiki penegakan hukum, turunkan tingkat inflasi, naikkan nilai rupiah terhadap dollar, tingkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi, Buka lapangan kerja seluas-luasnya. Fokus pada pekerjaanmu ini, karena janjimu dulu ketika kampanye Pilpres untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jangan terlalu banyak bicara, karena semakin banyak bicara maka makin banyak kesalahan yang keluar dari mulut Anda.
Hemat saya, kasihan seorang Presiden saat pidato lalu banyak salahnya. Dijadikan bahan olok-olokkan di media sosial baik facebook maupun twitter. Kita tidak mau pemimpin selalu bernasib seperti demikian. Makanya dalam Islam diingatkan, “Qul Khoiron auliyasmut”, katakan yang benar kalau tidak bisa maka sebaiknya diam saja.