Muhasabah Akhir Tahun

Untuk Akal Sehat

Setiap tahun berganti berarti umur berkurang. Bagi akal dan jiwa yang sehat jika umur dikurangi tentu akan bersedih, merenung, introspeksi, evaluasi, prihatin serta lebih berhati-hati dalam melangkah. Sangat aneh jika seseorang yang tahu umurnya berkurang malah kegirangan, jingkrak-jingkrak, jogget-joget, meniup terompet sambil membakar kembang api.  Kalau perlu kita periksa kesehatan akal dan jiwa, sehingga selalu terjaga dari segala perbuatan dan tindakan yang irasional.

Allah berfirman, “Janganlah kamu ikut-ikutan  terhadap segala sesuatu yang belum kamu miliki pengetahuannya, karena sesungguhnya pendengaran, penghlihatan dan hati  akan diminta pertanggung jawabannya.” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 36 )

Ada beberapa hal yang menjadi bahan renungan setiap mengakhiri tahun, agar kita mampu mempertanggung jawabkan akal pikiran serta jiwa kita di hadapan Allah SWT.

Jangan Mematikan Akal

Allah SWT senantiasa menyuruh kita berbuat dan bertindak rasional, mengembangkan kreativitas positif. Segudang kalimat perintah untuk mengaktifkan akal pikiran kita dalam Al-Qur’an bisa kita jumpai, misalnya “Apakah mereka tidak berpikir”,  “Apakah kamu tidak memakai otak” , “ Apakah kamu tidak memperhatikan”, “Apakah kamu tidak mentadabburkan (menghayati)” , “Apakah kamu tidak berjalan di muka bumi kemudian perhatikan” dan sebagainya.

Perilaku irasional yang bertentangan dengan akal dan jiwa yang sehat,  tetapi jika dikemas sedemikian rupa dengan gebyar iklannya serta dilakukan banyak orang, bisa mematikan akal sehat. Sekadar contoh, mengekspresikan kegembiraan lulus sekolah dengan corat-coret baju, jelas-jelas irasional dan jaka sembung naik ojek. Faktanya dilakukan oleh hampir seluruh siswa, bahkan ada oknum guru yang ikut menandatangi di baju muridnya dengan spidol.

Begitu juga kalau ada orang dewasa meniup lilin pada kue ulang tahun, kemudian diberikan tepuk tangan, di mana hebatnya? Biasanya tepuk tangan mengiringi prestasi, lalu orang dewasa meniup lilin hebatnya di mana? Kalau dijadikan simbol batas bertambahnya usia, lalu apa hubungannya batas usia dengan lilin? Semakin banyak kebingungan jika kita mau bertanya kepada akal dan jiwa yang sehat.

Sebentar lagi kita akan menyaksikan di penghujung akhir tahun tengah malam orang-orang yang secara massal melakukan perbuatan dan tindakan irasional, mulai dari jingkrak-jingkrak, menyanyi, berjoget, membakar kembang api, trek-trekan, konvoi malam, sampai kepada pergaulan bebas. Saat itu akal dan jiwa yang sehat semakin terkekang karena gebyar malam tahun baru didukung oleh media informasi yang sedemikian meriahnya. Jika akal dan pikiran sehat sudah terkekang maka yang terjadi adalah nafsu semakin liar, buas, ganas, semakin tak terkendali. Larisnya berbagai macam merek kondom satu indikator bahwa perayaan malam tahun baru adalah malam mengumbar nafsu.

Aktivitas Utama Hewan

Allah SWT telah menjadikan kita makhluk yang paling sempurna (Q.S At-Tiin [95]: 1 ), makhluk paling mulai serta dilebihkan dari semua makhluk yang lain (Q.S Al-Isra’ [17]: 70 ), serta memberi kedudukan manusia sebagai Khalifatullah fil Ardh (Q.S Al-Baqarah [(2]: 30). Di antara keistimewaan yang diberikan kepada manusia adalah akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran ini  manusia menjadi makhluk yang berbudaya, makhluk yang berkembang, makhluk yang mempunyai visi , misi, orientasi serta tujuan hidup yang sangat jauh berbeda dengan binatang.

Aktivitas hari-hari binatang adalah makan, tidur, kawin, buang air terus beranak. Anaknya bisa makan lagi, tidur, kawin, buang air dan seterusnya. Apabila akal pikiran manusia tidak dikembangkan untuk menjaga visi, misi serta orientasi yang jelas berbeda, maka fungsinya hanya akan berkembang untuk mempercanggih sarana aktivitas kehewanan. Budayanya berkembang hanya untuk melengkapi serta memfasilitasi nafsu hewannya, makan dengan piring, tidur dengan kasur, buang air dengan toilet dan seterusnya. Tujuannya tetap sama, makan, tidur, kawin, buang air, dan beranak. Anaknya bisa makan, tidur, kawin, buang air dan seterusnya .

Allah SWT berfirman, “Orang-orang kafir kerjanya cuma bisa bersenang-senang, dan mereka hanya memikirkan makan dan minum persis sama dengan makan dan minumnya hewan.” (Q.S. Muhammad [47]: 12)

Menjaga harga diri kita sebagai manusia, berarti menjaga akal dan pikiran kita agar tidak terkekang oleh hawa nafsu. Agar terpelihara dari segala tindakan dan aktifitas yang tidak masuk akal. Agar kita melangkah dengan penuh kepastian. Agar kita mampu menatap masa depan dengan tajam sampai ke negeri akhirat. Agar kita tidak melakukan aktivitas dan tindakan murahan, amoral serta harus berbeda dengan binatang dan makhluk lainnya. Mudah-mudahan ketika bermain Facebook kita juga bukan hanya mencari kesenangan dan kenikmatan.

Produktivitas

Allah SWT menyuruh kita agar memelihara dari segala perkataan dan perbuatan jangan sampai ada yang sia-sia (Q.S Al-Mu’minuun [23]: 3 ). Ukuran perbuatan seseorang itu sia-sia atau tidak, sangat jelas, apabila seluruh aktivitas kita dalam rangka zikir dan pikir (dalam arti luas), maka itulah aktivitas yang bermanfaat. (Q.S Ali Imran [3]: 190-191).

Bagaimana jika suatu acara terdapat pemandangan mengumbar aurat, goyang bok**g, syair serta lirik lagu-lagu murahan, seperti goyang domb**t, wakun**r, kuc*ng gar**g, ba*g t**yib, s*s dan sebagainya, lawakan tidak berbobot. Jadi sering kali bukan saja acaranya sia-sia, tetapi sudah banyak unsur kamaksiatannya. Padahal ciri masyarakat modern adalah sangat menghargai waktu, mereka akan sangat sensitif terhadap segala aktivitas yang tidak menambah iman, ilmu dan income.

Percayalah, tidak akan bisa membawa ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki jika hanya memenuhi keinginan nafsu. Yang ada cuma kesenangan dan kenikmatan, semakin dipenuhi semakin haus, semakin menuntut, tak akan berakhir, tak berujung, tak akan puas. Kalaupun terjadi kepuasan itu hanya ada pada detk-detik pertama saja selanjutnya akan muncul tuntutan yang jauh lebih besar lagi. Begitulah sifat nafsu manusia.

Efektif Efisien Tanpa Pemborosan

Terjadi pemborosan/mubazir yang luar biasa, dengan segala atribut dan perlengkapan termasuk pembakaran kembang api besar-besaran. Allah SWT berfirman bahwa mubazir/pemborosan itu adalah saudaranya syaithan. Dan syaithan itu selalu mengajak ke neraka, (Q.S Al-Israa’ [17]: 27). Pemborosan yang paling besar dan banyak adalah kerugian  sumber daya manusia, berupa  menghambur-hamburkan waktu, tenaga, pikiran, perasaan dengan rela menuggu sampai tengah malam hanya untuk berpesta, menyanyi, jingkrak-jingkrak, joget, meniup terompet, membakar kembang api dan sebagainya.

Sekian banyak orang terlibat dari rakyat jelata sampai para pemimpinnya, menampilkan gaya hidup jetset, glamor, hedonis, seolah-olah negara kita sudah makmur dan maju. Padahal fakta berbicara sebaliknya, bahwa negara dalam keadaan miskin, pengangguran semakin banyak. Pengamen dan pengemis bertambah sesak, yang tidur di tenda pengungsian belum dapat rumah, gembel, gelandangan ada di mana-mana. Belum lagi yang makan nasi aking, gaplek semakin biasa. Sementara itu, hutang negara semaking bertumpuk, rakyat banyak yang pada ngamuk, kerusuhan terjadi dimana-mana, bencana alam datang silih berganti, dan seterusnya.

Belum lagi pemborosan material, berupa penghamburan uang untuk membeli atribut, perlengkapan, serta sarana hiburan yang digelar di malam harinya. Tak terhingga jumlahnya. Catatan impor bahan-bahan untuk kembang api saja  menunjukan angka yang sangat fantastis, sekaligus ironis. Satu sisi negara kita sedang dalam keadaan terpuruk, miskin, kere, sisi lain gaya hdup masyarakatnya tidak menunjukan hal demikian.

Terjadi kesenjangan yang semakin melebar. Ada yang dengan mudahnya mengeluarkan uang sekian besar hanya untuk hura-hura. Ada yang kehidupannya semakin tercekik, terhimpit dan semakin sempit tinggal menunggu ajal dari langit. Hati semakin keras, hilang rasa sensitif. Bantuan-bantuan bencana hanya menjadi lip service atau komoditas politik untuk menarik simpatik, tetapi tidak pernah tuntas penyelesaiannya. Bahkan tega-teganya masih ada yang berani menilap dana bantuan.

Mengumbar Nafsu

Sudah menjadi “pengetahuan umum” bahwa malam tahun baru dan valentine day adalah malam yang paling laris penjualan peralatan seks. Memang tidak semuanya orang melakukan kebebasan seks malam tahun baru, tetapi kalau tidak kita antisipasi dari sekarang, kejadiannya akan bisa sama dengan corat-coret baju ketika lulus ujian. Awalnya memang dianggap aneh, tetapi lama-kelamaan sekarang menjadi lumrah, bahkan seolah menjadi seremoni wajib bagi yang lulus ujian.

Begitulah kehebatan syaithan menggiring manusia dalam menciptakan budaya maksiat. Di salah satu sudut kota Sidney setiap tahunnya ada festival homo sedunia. Orang homo bisa melakukan apa saja, di mana saja di sekitar sudut kota tersebut. Jadi perbuatan segila apapun, sejijik bagaimana pun kalau terus-menerus diiklankan dengan gebyarnya, maka nanti akan menjadi biasa dan lumrah.

Syaithan punya strategi secara bertahap. Kalau sekarang belum semua orang melakukan, paling tidak opini umum terbentuk lebih dahulu, bahwa di balik acara tahun baru ada acara kebebasan yang sangat menyenangkan dan penuh kenikmatan biologis. Lama-kelaman akan bisa sama seperti di negara-negara lainnya, kebebasan tanpa batas. Nauzubillah min dzalik.

Mudah-mudahan kita masih punya akal sehat, jiwa  bersih, pikiran  kritis, sehingga kita mampu menangkap fenomena dan fakta apa yang sedang terjadi sesungguhnya. Mudah-mudahan pula kita masih punya kekuatan untuk bisa berkorban apa saja dari segala yang kita miliki, demi keutuhan rumah tangga dan keselamatan anak-anak kita. Amin.

Abdullah Muadz

Ketua Umum Assyifa Al-Khoeriyyah,  Subang, Jawa Barat