Diri ini terlalu sibuk dengan rutinitas sehari-hari. Bekerja, kuliah, berinteraksi dengan orang-orang ataupun aktivitas lainnya sehingga terkadang melupakan untuk mendoakan kedua orang tua yang telah melahirkan.
Sholat pun dikerjakan hanya sebatas menggugurkan sebuah kewajiban. Bukan dimaknai sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Ilahi sehingga ketika usai salam diucapkan. Hati ini ingin bergegas lari dari sajadah nan suci. Astaghfirulullah. Ampuni kami Ya Allah..
Kesibukan dunia yang membuat kita lalai untuk berdoa. Jika berdoa pun hanya untuk diri sendiri. Padahal, tak sadarkan diri ini bahwa ada orang yang selalu mendoakan diri kita setiap usai sholatnya. Orang yang mendoakan kita tanpa harus diminta. Kapanpun dan dimanapun.
Mengapa kita tidak mau mendoakan mereka? Apakah kita sudah merasa bangga diri setelah berada jauh dari mereka? Ataukah diri ini sudah melupakan perjuangan yang telah mereka lakukan mendidik dan membesarkan buah hati dari buaian hingga beranjak dewasa. Inikah balasan yang kita berikan kepada mereka?
Begitu sulitkah satu kalimat tersebut diucapkan di dalam doa yang dipanjatkan?
“Allaahummaghfir lii wa liwaalidayya warhamhumma kamaa rabbayaanii shaghiiraa”
“Ya Allah, ampunilah aku dan juga dosa dua bapak ibuku dan kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka memelihara dan mendidikku di masa kecil”
Tak sampai satu menit kita melantunkan doa tersebut. Tapi, tak sampai pula setiap kali usai sholat kita mengucapkannya. Kita lebih mementingkan diri sendiri sehingga doa yang terlontarkan pun hanya untuk diri sendiri.
Mari kita basahi bibir ini disetiap akhir sholat di dalam doa sebagai wujud bakti seorang anak pada orang tua. Orang tua yang dengan tetesan keringat bahkan darah telah rela mereka berikan untuk sang buah hati yakni kita.
Kita tak akan pernah mampu membalas semua pengorbanan yang mereka berikan. Sekian persen pun tak akan mampu terbalaskan. Lewat untaian doa itulah kita berharap mampu membalas semua yang telah mereka berikan walaupun tak ada nilainya sedikit pun dengan apa-apa yang telah mereka lakukan sejak dahulu hingga sekarang.
Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah,
“Wahai Rasulullah, aku telah menggendong ibuku untuk melaksanakan haji dari Madinah hingga Mekkah, apakah aku sudah bisa membalas jasa beliau?”
“Setetes air susunya pun tak akan mampu kau balas walaupun kamu sudah bolak-balik menggendongnya untuk berhaji”
Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah mengajarkan kepada kita ilmu yang tak akan pernah habis lewat perantara Sang Kekasih-Nya.
Sahabat, kita renungkan sejenak. Setetes air susu ibu tak akan terbalaskan. Begitu besarnya perjuangan dan pengorbanan mereka. Akankah kita enggan untuk berbakti kepada mereka?
Sepantasnyalah seorang anak berbakti kepada kedua orang tuanya sebab dengan berbakti merupakan wujud balas budi anak kepada orang tua walaupun tak pernah terbalaskan sampai kapanpun.
Sebuah lagu yang mengingatkan kita akan kasih orang tua khususnya ibu,
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Pernahkah matahari meminta balasan sinarnya kepada makhluk yang ada di dunia? Subhanallah, itulah perumpamaan orang tua kita ‘ibu’ yang telah memberikan kasih sayangnya yang tak terhingga. Begitu pula dengan ayah, cucuran keringatnya telah ia peras walaupun harus berhamburan darah untuk memberikan kebahagiaan untuk anak tercinta.
Pribahasa pun berujar,
Kasih anak kepada orang tua sepanjang tiang. Kasih orang tua kepada anak sepanjang jalan.
Masihkah diri ini tak mau mendoakan mereka? Ditengah-tengah kesibukan duniawi, sempatkan sesaat untuk mendoakan mereka. Disetiap akhir doa kita ucapkan sertailah doa untuk mereka berdua. Tak akan terbuang sia-sia waktu yang telah dihabiskan untuk mendoakan mereka.
Apakah kita harus menunggu mereka meminta terlebih dahulu baru mendoakan?
Mereka tanpa kita minta. Setiap saat selalu mendoakan yang terbaik untuk putra dan putrinya. Hanya lewat doa yang mereka bisa berikan tatkala harus terpisah dengan anak-anak sebab mereka yakin disetiap doa yang terhembuskan ada Zat Yang Mendengar dan Mengetahui.
Sebelum mereka meminta. Doakanlah mereka sebagaimana mereka mendoakan diri kita. Bukankah doa seorang anak sholeh merupakan tiga hal yang tak akan pernah terputuskan amalannya walaupun orang tersebut telah tiada di dunia ini.
Baginda Muhammad Shalallahu Alahi Wasssalam dengan merdu menguraikan sebuah pesan untuk para umatnya,
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim)
Tak usahlah diri ini menunggu mereka meminta dan berujar, “Nak, Doakan Ayah dan Ibu”. Cukuplah disetiap pengunjung sholat bibir ini terucapkan, Allaahummaghfir lii wa liwaalidayya warhamhumma kamaa rabbayaanii shaghiiraa.