Allah berfirman dalam Al Waqi’ah 7,
وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلاثَةً
“Dan kamu menjadi tiga golongan.”
Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Quran Al Azhim menyatakan bahwa artinya, pada hari kiamat manusia terbagi menjadi tiga golongan.
Sayyid Quthb dalam Fi Zhilal Al Quran menyatakan, “Di sana kita menjumpai manusia dibagi ke dalam 3 golongan, bukan 2 golongan dikotomis seperti disajikan di bagian lain Al Quran.”
Satu golongan berada di sebelah kanan ‘Arsy dan mereka adalah yang keluar dari sebelah kanan Adam. Golongan ini diberi kitab catatan amal dengan tangan kanan mereka kemudian mereka digiring ke dalam golongan kanan. Mereka adalah mayoritas penduduk surga.
Golongan lainnya berada di sebelah kiri ‘Arsy, dan mereka inilah yang keluar dari sebelah kiri Adam. Mereka diberi kitab catatan amal dengan tangan kiri kemudian digiring ke dalam golongan kiri. Mereka inilah golongan kiri. Mereka inilah sebagian besar penduduk neraka.
Dan satu golongan lainnya berada dekat di hadapan Allah. Mereka inilah golongan yang lebih dekat, lebih beruntung, dan lebih khusus daripada golongan kanan karena mereka adalah pemimpin golongan kanan. Di tengah-tengah mereka terdapat para rasul, para nabi, para shidiqin, dan orang-orang yang mati syahid. Jumlah mereka jauh lebih kecil dari golongan kanan. Karena itu, Allah berfirman,
فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِوَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِوَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ
“Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga).” (Al Waqi’ah 8-10)
Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Muhammad bin Ka’ab, berkata tentang firman Allah, “Dan orang-orang yang paling dahulu beriman,” maksudnya adalah para Nabi.
Sedangkan As Suddi berkata, “Mereka adalah orang-orang yang menempati tempat tertinggi.”
Sedangkan Ibnu Katsir menafsirkan, “Dan orang-orang yang paling dahulu beriman,” adalah orang yang berlomba dan bersegera dalam melakukan kebaikan sebagaimana yang diperintahkan. Siapapun yang berlomba di dunia ini dan paling dahulu berbuat kebajikan, maka di akkhirat termasuk orang-orang yang paling dahulu mendapatkan kemuliaan, karena balasan bagi suatu amal akan sejenis dengan amal tersebut. Engkau akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang engkau perbuat. Karena itulah Allah berfirman,
أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
“Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga-surga kenikmatan.” (Al Waqi’ah 11-12)
Allah kemudian berfirman mengabarkan tentang orang-orang yang bersegera dalam kebajikan serta mendekatkan diri kepada Allah bahwa mereka adalah tsullah, yakni segolongan umat.
ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ وَقَلِيلٌ مِنَ الآخِرِينَ
“Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (Al Waqi’ah 13-14)
Namun, para ulama berbeda pendapat tentang tafsir awwalin dan akhirin tersebut:
Pendapat pertama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan awwalin adalah umat terdahulu, sedangkan akhirin adalah umat sekarang ini.
Abul A’la Al Maududi dalam Tafhim Al Quran menyebut, bahwa awwalin adalah umat yang telah lalu semenjak Nabi Adam hingga waktu Nabi Muhammad. Dan akhirin adalah mereka yang hidup sejak pengangkatan Nabi Muhammad sampai hari kiamat.
Penafsiran ini berasal dari Mujahid, Hasan Al Bashri, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan dinukil Imam Ibnu Jarir Ath Thabari dalam tafsirnya, sembari mengutip sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Kita adalah umat terakhir, tetapi terdepan pada hari kiamat.” (HR Al Bukhari 238 dan Muslim 855)
Hal ini didukung oleh sebuah hadits hasan li ghairihi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad nomor 9080 dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ketika ayat ini turun,
ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ وَقَلِيلٌ مِنَ الآخِرِينَ
“Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.”
Maka terasa berat bagi para shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian turun ayat,
ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ وَثُلَّةٌ مِنَ الآخِرِين
“Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar dari orang-orang yang kemudian.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya aku berharap kalian menjadi seperempat penghuni surga, sepertiga penghuni surga, bahkan setengah penghuni surga, sedangkan setengahnya diperebutkan oleh mereka.”
Ibnu Katsir mengatakan, ini penafsiran yang dipilih oleh Ibnu Jarir, hanya saja penafsiran ini perlu dikaji ulang, bahkan ia adalah pendapat yang lemah. Alasannya karena umat ini adalah umat terbaik, sebagaimana disebutkan oleh Al Quran secara nash, sehingga amat janggal kalau muqarrabun (orang-orang yang dekat Allah) lebih banyak berasal dari umat lain. Bahkan secara tekstual, jumlah orang-orang yang dekat pada umat ini jauh lebih banyak daripada umat umat setelahnya.
Pendapat kedua, yang dianggap lebih kuat tentang tafsir, “Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,” adalah dari angkatan pertama umat ini, dan, “dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian,” yaitu dari umat Islam ini juga.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, Al Hasan membaca firman, “Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga-surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” Ia berkata, “Yakni sebagian besar dari orang-orang yang telah berlalu dari umat (Islam) ini.”
Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Ibnu Sirin bahwa dia berkata tentang firman, “Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” Ia berkata, “Dahulu mereka mengatakan atau mengharap bahwa mereka semua dari kalangan umat (Islam) ini.”
Dan satu yang tidak bisa dibantah adalah bahwa generasi pertama suatu umat selalu lebih baik daripada generasi berikutnya.
Dengan demikian, kata Ibnu Katsir, maka ada kemungkinan bahwa ayat tersebut mencakup semua umat (baik umat Muhammad, ataupun umat sebelumnya). Masing-masing umat menurut keadaannya. Karena itu diriwayatkan secara shahih, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka.”
Dalam hadits lain, “Akan senantiasa ada segolongan orang dari umatku yang berjuang membela kebenaran. Orang-orang yang menghina dan menentang mereka, tidak akan menggoyahkan golongan ini hingga hari kiamat.”
Teks hadits lain mengatakan, “Hingga datanglah keputusan Allah (kiamat), mereka tetap seperti itu (berjuang membela kebenaran).”
Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud di sini adalah bahwa umat ini lebih mulia dibandingkan dengan umat lain. Orang-orang yang lebih dekat kepada Allah dari umat ini lebih banyak dibandingkan dengan umat lain, derajat mereka lebih tinggi dkarena kemuliaan agama dan keaggungan nabinya. Karena itu dalam hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullahh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberitahu bahwa di antara umat ini terdapat 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab.
Abu Saif Kuncoro Jati